Buku ini berisi kumpulan kisah mengenai benturan budaya tradisi dan modernitas yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Melalui kisah-kisah dalam buku ini, teman-teman dapat berkaca mengenai konsep modernitas yang teman-teman gugat maupun yang teman-teman amini sebagai orang Indonesia.
Kumpulan cerpen ini terdiri dari 17 cerpen yang ditulis oleh 17 penulis cerpen Indonesia. Tema utama yang diangkat dalam kumpulan cerpen ini adalah kemanusiaan manusia di zaman modern saat manusia Indonesia membangun diri. Setiap cerpenis bergulat dengan imajinasi kreatif yang kemudian melahirkan ragam pengalaman unik dan khas.
Buku ini berisi 12 cerpen karya Mochtar Lubis yang berjudul Bromocorah, Abu Terbakar Hangus, Hati yang Hampa, Pahlawan, Uang, Uang, Uang, Hanya Uang, Wiski, Dara, Dukun, Hidup adalah Sebuah Permainan Rolet, Rekanan, Gelas yang Pecah, dan Perburuan.
Buku ini berisi 18 cerpen yang berjudul Kuli Kontrak, Cemburu, Traktor, Semua Bisa dibeli, La Bandida, Sinyo Brandi, Rumah Jati, Hidup Singkat Si Conat yang Berbahagia, Jibakutai, Cincin Berlian, Soal Warna Kulit Saja, Peraturan, Mengapa Kerbau Tak Suka Berbicara, Potret, Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri, Bintang Malam Jadi Redup, Kuburan Keramat, dan Nasionalis Nomor Satu.
Buku ini berisi cerpen-cerpen dari Asia mulai dari Afganistan, Burma, India, Indonesia, Iran, Jepan, Korea, Malaysia, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, dan Thailand.
Ada 7 cerpen yang diterbitkan Balai Pustaka dalam buku ini. Cerpen-cerpen tersebut antara lain berjudul Nenek, Jatuhnya seorang Dewa, Pasir Putih Pasir Laut, Hati Seorang Bunda, Menitip Anak-Anak, Rumah di Kaki Bukit, dan Di Kaki Bukit Pangsung.
Ada 17 cerpen Putu Wijaya di dalam buku ini. Perpaduan antara dunia kenyataan dan dunia impian adalah tema besar yang muncul di dalam buku ini. Judul-judul cerpen dalam buku ini antara lain Babi, Dompet, 1981, 1980, Takut, Mimpi, Aktor, Los, Kejetit, Pulang, Bodoh, Hadiah, Moh, Roh, Neraka, Maria, dan Bisma.
Buku ini berisi 23 cerpen yang dikumpulkan dan ditulis pada tahun-tahun lima puluhan. Beberapa diantaranya disertai perubahan di sana-sini. Sebagian besar pernah dimuat dalam berbagai media pada tahun-tahun itu, seperti Mimbar Indonesia, Kisah, Roman, Indonesia, Mutiara, dan Kompas.
Bibir ini mau bercerita tentang seseorang yang mendesah dari seberang, sebatang lilin yang menyala dalam kabut, dan impian di tengah musim. Juga Berkisah tentang seorang ana yang masih bocah, seekor ayam yang bertelur di atas ensiklopedia, pembuat sangkar yang mencuri bekisar, dan roti ulang tahun yang di dalamnya ada ulat beracun. Seru kan... wuhuuuu
Dalam buku ini terkumpul 70 cerpen yang ditulis oleh AA Navis mulai dari tahun 1955-2002 termasuk di dalamnya adalah 2 cerpen yang tidak diketahui tahun terbitnya. Antologi ini bisa menjadi bahan kajian menarik bagi para peminat sastra Indonesia.