Buku ini berisi kumpulan cerpen dari 4 negara yakni Suria, Irak, Libanon, dan Palestina yang diterjemahkan oleh Ali Audah antara lain berjudul Sungai Berkuasa, Saat-Saat Kekacauan, Kawanku Abdu Ali, Taruhan, Jeritan Prajurit, Menuju Garis Depan, Hilangnya Musim Semi, Perburuan, Nasihan Cuma-Cuma, Warisan, dan Lereng Bukit.
Novel ini berusaha menyingkirkan berbagai takhyul dan menyemarakkan kembali keagungan kebudayaan Islam serta menyebarkan pengertian demokrasi. Yang menarik adalah bahwa sang penulis menyelesaikan buku ini tanpa mata karena ia telah buta sejak berumur 3 tahun.
Novel ini berkisah tentang perjuangan seorang pemuda untuk terbebas dari kemiskinan. Dalam kisah ini digambarkan seorang anak penjahit miskin yang tumbuh bersama rasa rendah diri, sinis, dan pahit. Bahkan setelah ia berhasi menjadi seorang dokter dan memiliki seorang istri yang kaya raya. Konflik batin pun terjadi pada dirinya.
Cerita dalam novel ini bersetting Brazil pada abad pertengahan kesembilan belas. Dikisahkah Isaura, gadis budak yang cantik dan berkulit putih hidup di fazenda milik keluarga Almeida dekat kota Campos. Nyonya Almeida tak mempunyai anak perempuan sehingga menyayangi Isaura seperti anaknya sendiri. Ia berkesempatan belajar musik, membaca, menulis, berdansa, menyanyi, dan bahasa asing. Bagaimanaka…
Buku ini informasi mengenai sastra dan ilmu sastra, sastra dan kenyataan, teks dan komunikasi dalam ilmu sastra, kritik dan penafsiran, teks dan pembaca, ilmu teks, jenis-jenis sastra, teks-teks naratif, teks-teks drama, teks puisi, penulisan sejarah sastra dan ilmu sastra perbandingan. Buku ini ditutup dengan catatan mengenai ilmu.
Buku ini berisi 21 kisah-kisah dari hikayat lama yakni Indera Bangsawan membunuh raksasa, Dosa dan Pahala, Sri Rama mencari Sita Dewi dan Hang Tuah diutus ke Majapahit, dan kisah-kisah lainnya.
Buku ini berisi definis dan batasan sastra, penelitian pendahuluan, studi sastra dengan pendekatan ekstrinsik, studi sastra dengan pendekatan instrinsik, catatan, bibliografi dan indeks.
Buku ini berisi informasi mengenai lahirnya kesusastraan Indonesia Modern, Balai Pustaka, Polemik Kebudayaan, Lembaga Kebudayaan Rakyat,Angkatan 66, Heboh Sastra 1968, Pengarang angkata 1970 dan 1980, puisi mbeling, hingga hadiah dan penghargaan serta isu-isu lain di dalam wacana kesusastraan Indonesia Modern.
Buku ini berisi ulasan mengenai seniman Indonesia dan Karyanya, masalah sensor, film, penonton, dan revolusi Indonesia, sejarah hitam perfilman Nasional, film sebagai dakwah, fesival film Asia, Venezia, pengantar dunia film, Hollywood, Industri Film Jepang, Tito dan Nasser.