Dengan membaca buku ini diharapkan para pembaca mampu menghayati imannya di tengah pergulatan hidup menuju dunia baru yang lebih menyenangkan.
Buku ini berisi kisah yang kaya imaji dan simbol, sugestif dan dinamis, kerap seperti protes pada bentuk pengucapan literer yang konvensional. Cerpen-cerpen ini mencuatkan kritik sosial dengan konsep teror mental yang menggemaskan."
Buku ini menggambarkan kerja sosial dan kebudayaan yang dilakukan oleh Caknun yakni dalam memberikan kado cinta kepada sesama manusia,sesama hamba Allah, dan sesama Bangsa Indonesia. Kado ini akan menghapuskan nuansa kebencian, prasangka, dan fitnah. Yang diangkat antara lain masalah TKI, Santri Teror, Jihat, Bencana di Indonesia, Disintegrasi Sosial, Aceh, dan masalah Kesenian rakyat.
Buku ini merupakan kumpulan dari kutipan ucapan atau tulisan tokoh-tokoh besar atau apa yang selama ini kita kenal sebagai kata-kata mutiara. Kedalaman dan keluasan pemikiran yang dikandungnya sering membuat kita menjadi terusik untuk merenung lebih jauh. Ia menjadi butir-butir yang indah dalam rangkaian proses pemikiran kita tentang hidup ini.
Masa Adven, Natal, dan Tahun Baru terus berulang dan dirayakan orang kristen secara meriah. Tetapi tidak jarang dialami sebagai ritus kengan dan rutinitas belaka tanpa pemaknaan baru. Lupa bahwa Allah selalu melakukan hal yang baru. Kata-kata dari Nabi Yesaya di atas sesungguhnya hendak mewartakan pesan pokok mas Adven dan Natal, yakni perhatikanlah hal-hal baru yang sedang terjadi di sekitarmu…
Buku ini berisi cerpen-cerpen pilihan yang masuk ke dalam redaksi dan terbit di harian Kompas pada tahun 1994 dengan tim pemilih adalah Efix Mulyadi, J.B. Kristanto, Ninuk Mardiana Pambudi, Budiarto Danujaya, dan H. Sujiwo Tedjo.
Buku ini menceritakan perjuangan penduduk Malagasi untuk mendapatkan kebebasan beragama. Dikisahkan Ratu pulau menangkap seorang wanita yang hamil tua karena baru saja menjadi Kristen. Ratu memaksanya menolak keyakinannya dengan ancaman hukuman mati. Dibawah ancaman itulah kemudian teman-teman akan menyaksikan kekuatan iman berhadapan dengan kesewenang-wenangan dan maut.
Kumpulan cerpen ini ditulis dengan kredo catatan harian saat penulis mengambil jarak dengan peristiwa yang terjadi dan kemudian secara kritis menyindir kenyataan yang terjadi di negeri yang kian miskin akan etika dan moral. Dalam menulis cerpen, haruskah pengarang mengambil jarak dengan lingkungan sekitarnya? Bagi Yanusa Nugroho, penulis kumpulan cerpen ini, tanpa ia sadari ternyata jawabnya…
Buku ini merekam permasalahan sosio-kultural masyarakat Bali yang diakibatkan derasnya arus pariwisata yakni pendangkalan nilai-nilai masyarakat, ironi-ironi pada masyarakat, dan masalah-masalah lingkungan yang selalu membayangi Bali. Gde Aryantha Soethama bukan hanya seorang perekam yang ulung, tetapi ia adalah cerpenis yang mengerti benar situasi sosiokultur tempat tinggalnya. Perubahan ya…