Buku ini menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Di dalam buku ini terdapat sajak-sajak Sutan Takdir Alisjahbana yang berjudul buah karet, kalah dan menang, menghadapi maut, menuju ke laut, kerabat kita, pemacu ombak, dalam lingkungan keabadian.
Buku ini berisi 6 karya Adonis yang berjudul Elegi zaman ini, Elegi abad pertama, elang, perubahan-perubahan sang elang, perubahan-perubahan sang pencinta, dan inilah namaku.
Buku ini adalah salah satu buku puisi yang unik karena penulisnya menerbitkan buku puisi ini di klinik pendidikan MIPA dan buku ini diperbolehkan untuk diperbanyak tanpa seizin penulis asalkan nama penulis tetap diakui sebagai penulis karya. Hal tersebut seperti menegaskan bahwa karya-karya ini tidak memiliki nilai ekonomis bagi penulisnya.
Buku ini berisi esei-esei yang ditulis Sutradji dan kumpulan puisi yang terbit di Bentara Budaya. Esei-esei tersebut antara lain membahas kedalaman puisi, kata-kata, Menafsir, Sajak-sajak cerah, jawaban atas surat dari Yogya, Sajak yang tak dimuat, sastra komunitas, puisi dari Bali, Meditasi Medy, Aku tak mau jadi Bayam, dan Puisi estafet.
Dengan bahasa yang sederhana, naskah ini berhasil memotret kekompleksan sebuah pengalamam menjadi ibu dengan menyulap detail-detail banal kehidupan domestik menjadi sesuatu yang menakjubkan dan hampir sureal. (Dewan Juri Sayembara Manuskrip Buku Puisi, Dewan Kesenian Jakarta 2015)
Kumpulan Tiga Menguak Takdir yang merangkum puisi-puisi karya pelopor Angkatan'45 ini; Chairil Anear, Asrul Sani, Rivai Apin, merupakan pengejawantahan dari sikap kebudayaan itu, sekaligus penolakan terhadap estetikaTakdir. Buku ini akan membawa pembacanya mengarungi kegelisahan sastrawan-sastrawan Angkatan'45.
Konon pusisi adalah mahkota bahasa. Puisi adalah hasil yang dicapai jika seseorang mampu bermain-main dengan bahasanya. Apa yang ditulis penyair tidak serta merta bisa diartikan secara harfiah. Gerimis bukan berarti hujan, dan bunga belum tentu berarti kembang. Kerap penyair bilang begini, tapi maksudnya begitu. Lalu bagaimana caranya bisa menikmati puisi dan menangkap pesan atau makna yang ing…
Hujan Bulan Juni adalah sekumpulan puisi yang pernah ditulis oleh Sapardi Djoko Damono sebagai ungkapan kegelisahan hatinya pada memori yang disebutnya sebagai Hujan.
Percakapan Dua Rantingrnrnkalau pernah kamu bertemu dulu, apa yang kau inginkan nanti? sepi, kalau nanti kau dapatkan cinta, bagaimana kau tempatkan waktu? sendiri, bila hari tak lagi berani munculkan diri, dan kau tinggal untuk menanti? cari, andai, bumi sembunyi saat kau berlari? mimpi, lalu malam menyergapmu dalam padang tiada sepi? hati. baik...... aku tak lagi memberimu mungkin? kecuali. …
hujan turun sepanjang jalanrnhujan rinai waktu musim berdesik-desik pelanrnkembali bernama sunyirnkita pandang pohon-pohon di luar basah kembalirnrntak ada yang menolaknya. Kita pun mengerti, tiba-tibarnatas pesan yang rahasiarntatkala angin basah tak ada bermuat deburntatkala tak ada yang merasa diburu-bururnrnHujan Turun Sepanjang Jalanrn-Sapardi Djoko Damono