Buku ini berisi 18 cerpen yang berjudul Kuli Kontrak, Cemburu, Traktor, Semua Bisa dibeli, La Bandida, Sinyo Brandi, Rumah Jati, Hidup Singkat Si Conat yang Berbahagia, Jibakutai, Cincin Berlian, Soal Warna Kulit Saja, Peraturan, Mengapa Kerbau Tak Suka Berbicara, Potret, Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri, Bintang Malam Jadi Redup, Kuburan Keramat, dan Nasionalis Nomor Satu.
Buku ini berisi cerpen-cerpen dari Asia mulai dari Afganistan, Burma, India, Indonesia, Iran, Jepan, Korea, Malaysia, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, dan Thailand.
Ada 7 cerpen yang diterbitkan Balai Pustaka dalam buku ini. Cerpen-cerpen tersebut antara lain berjudul Nenek, Jatuhnya seorang Dewa, Pasir Putih Pasir Laut, Hati Seorang Bunda, Menitip Anak-Anak, Rumah di Kaki Bukit, dan Di Kaki Bukit Pangsung.
Ada 17 cerpen Putu Wijaya di dalam buku ini. Perpaduan antara dunia kenyataan dan dunia impian adalah tema besar yang muncul di dalam buku ini. Judul-judul cerpen dalam buku ini antara lain Babi, Dompet, 1981, 1980, Takut, Mimpi, Aktor, Los, Kejetit, Pulang, Bodoh, Hadiah, Moh, Roh, Neraka, Maria, dan Bisma.
Buku ini berisi 23 cerpen yang dikumpulkan dan ditulis pada tahun-tahun lima puluhan. Beberapa diantaranya disertai perubahan di sana-sini. Sebagian besar pernah dimuat dalam berbagai media pada tahun-tahun itu, seperti Mimbar Indonesia, Kisah, Roman, Indonesia, Mutiara, dan Kompas.
Bibir ini mau bercerita tentang seseorang yang mendesah dari seberang, sebatang lilin yang menyala dalam kabut, dan impian di tengah musim. Juga Berkisah tentang seorang ana yang masih bocah, seekor ayam yang bertelur di atas ensiklopedia, pembuat sangkar yang mencuri bekisar, dan roti ulang tahun yang di dalamnya ada ulat beracun. Seru kan... wuhuuuu
Dalam buku ini terkumpul 70 cerpen yang ditulis oleh AA Navis mulai dari tahun 1955-2002 termasuk di dalamnya adalah 2 cerpen yang tidak diketahui tahun terbitnya. Antologi ini bisa menjadi bahan kajian menarik bagi para peminat sastra Indonesia.
Buku ini berisi 14 cerpen yang berjudul Cakra Punarbhawa, Kembar Buncing, Penggalan Kepala Patung, Puncak Ketujuh, Laut Kelabu, Kutukan, Birgit, Menunggu Hening Malam, Ratih, Kematian Ayah, Jimat Tikus, Penjaga Kamar Mayat, Rumput Liar, dan Anjing dan Dendam.
Buku ini berisi cerpen-cerpen parabel tentang ketidakbebasan, ketidakpastian, dan kebuasan, yang memberikan pengalaman alternatif. Dengan intensitas tinggi, buku ini merupakan perjalanan ke lankap interior ke dunia trauma dan khayal, mungkin juga hausinasi.
Buku ini berisi 15 cerpen yang ditulis tahun 1990-1999. Tema umum yang disajikan dalam kumpulan ini adalah sejarah politik dan perang mulai dari zaman pendudukan Jepang hingga zaman Orde Baru.