Text
Biografi A.R. Baswedan, Membangun Bangsa Merajut Keindonesiaan
SEMARANG, 1 AGUSTUS 1934. Surat kabar golongan peranakan Tionghoa Mata Hari memuat foto yang menggemparkan, seorang pemuda keturunan Arab yang mengenakan beskap dan belangkon! Si pemuda menyerukan kepada kaumnya agar bersatu membantu perjuangan bangsa Indonesia. ”Di mana seseorang dilahirkan, di situlah tanah airnya,” tegasnya. Siapakah dia? Anak muda itu adalah Abdul Rahman (A.R.) Baswedan, seorang wartawan, politikus, pejuang, dan orang Indonesia sejati (1908-1986).rnrnTak ada alasan untuk tak mengapresiasi Baswedan dan perjuangannya. Ia bahkan layak disebut sebagai salah seorang bapak bangsa (founding father) Republik Indonesia karena keikutsertaannya dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), serta pernah menjadi Menteri Muda Penerangan. Di kalangan internal, Baswedan telah berjuang menyatukan komunitas Arab agar mereka menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia. Melalui Partai Arab Indonesia (1934-1942), ia tegaskan Indonesia adalah ibu pertiwi keturunan Arab.rnrnBaswedan juga ikut berjuang melalui jalur pers—bersama rekan-rekan Tionghoa, termasuk Liem Koen Hian (pendiri Partai Tionghoa Indonesia)—untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia atas dasar persatuan dan keberagaman. Di ranah diplomasi, ia pun pernah mempertaruhkan nyawanya dalam proses pengakuan diplomatik yang pertama bagi Republik Indonesia, yakni dari Kerajaan Mesir, 1947.rnrnInilah biografi yang membawa pesan: mencintai Tanah Air dan bangsa dengan sepenuh hati adalah prioritas pertama bagi seorang anak bangsa sejati.rn
No other version available