Text
Tulalit
Lelaki yang hampir terbunuh itu, mengangkat kepalanya. Ia melihat segalanya persis seperti yang seakan-akan sudah diramalkan. Dan lebih dari itu ketika ia mencuri melihat ke lantai tiga proyek. Ke jendela tempat duduknya. Ia seperti melihat, tidak, ia benar-benar melihat. Lampu masih menyala. Korden jendela itu menguak. Dan wajah di sudut ruangan yang mengintip ke bawah itu adalah wajahnya sendiri.rnrnGaya bercerita Putu Wijaya memang khas dan - bagi mereka yang tidak akrab dengan karya-karyanya terkadang membingungkan. Batas antara realitas dan imajinasi dalam sebuah cerita seperti sengaja iakaburkan. Kejutan dan ketakdurgaaan ia jadikan senjata untuk meneror" pembacanya. "Tapi saya melihatnya sebagai teror dalam pengertian positif: suatu udaha untuk memberikan pencerahan dengan kejutan," begitu Putu Wijaya sering berucap mengenai karya-karyanya."
No other version available