Text
Babad Ngalor-Ngidul
Ngalor-Ngidul, kata dalam bahasa Jawa ini kini lazim kita beri makna tutur yang tak tersambung, ngaco belo, pertanda ketawarasan akal. Namun, dalam Babad Ngalor-Ngidul ini, penulis memperlihatkan ngalor-ngidul yang mengandung makna yang berbeda, yaitu suatu percakapan mesra yang purba antara yang di utara (lor) dan yang di selatan (kidul). Dalam konteks masyarakat Yogyakarta yang telah turun temurun hidup dalam rengkuhan Laut Selatan dan Gunung Merapi, ngalor-ngidul tak lain adalah hubungan timbal balik, salingbergantung tanpa henti antara geleduk awan panas di utara dan gelora ombak laut di selatan. Penulis membawa kita kembali ke masa sepuluh tahun silam, sekitar Mei 2006, ketika gempa menimpa selatan Yogya sampai saat-saat terakhir si Juru Kunci Merapi, Lindu dan letusan itu kita namakan bencana alam. PAdahal mereka tidak lain dari percakapan lama yang taerlupakan ngaloar-ngidul."
No other version available