Text
Cerita-cerita Negeri Asap
"Kejujuranlah yang mengembangkan kepribadian, juga kualitas sebuah karya. Manusia atau karya yang tidak jujur bukan hanya kesulitan diterima oleh publik (yang tentu saja tak mudah dikelabui), tapi juga merendahkan martabat manusia yang dibelanya."
- Radhar Panca Dahana.
Untuk apa lagi prosa (baca cerita pendek) sebagai seni ditulis dan diproduksi? Ketika dunia dan hidup yang dihidupinya adalah prosa yang sesungguhnya, apakah prosa sebagai seni masih diperlukan? Sebagai puncak proses produksi sebuah budayakah? atau semacam obligasi kultural?
Bagi Radhar Panca Dahana, pengarang kumpulan cerpen Cerita-Cerita Negeri ASap ini , pertanyaan dan jawaban semacam itu dinilainya sebagai suatu kenaifan. Ketika mem-"produksi" sebuah prosa, seorang Radhar Panca Dahana tidak sedang menuli, melainkan melukis. Karena itu , lewat sapuan "lukisan" nya itu, tiada sedikit pun harapan di hati kecilnya untuk membangun dunianya sendiri, Ia menulis karena ingin menulis. Didorong oleh alasan yang "elektronik", ia memiliki diri yang berdegum hati, peikiran dan kelenjar biologis, di mana bahasa prosa yang meluncur dari jarinyat ak terhindar untuk bicara. Meski ia sadar --- dan memang tak berharap -- prosa ini dapat menyelamatkan hidupnya yang tenggelam.
No other version available