Text
Demokrasi dan Sentimentalitas: Dari "Bangsa Setan-SEtan", Radikalisme Agama, sampai Post-Sekularisme
"Hardiman, penafsir Habermas dan Heidegger yang terkemuka di Indonesia kini , menunjukkkan bagaimana rasionalitas berinteraksi dengan "sentimentalitas" dalam demokrasi. Ia sendiri melanjutkan keyakinannya kepada hubungan demokrasi dan nalar, tetapi pandangannya arif. Matang dalam dunia filsafat memang membuat orang seperti penulis Demokrasi dan Sentimentalitas mengakui: sikap yang terbaik bermula dari bertanya , bukan dari menjawan.
- Goenawan Mohamad, Sastrawan dan Pendiri Majalah Tempo.
Demokrasi Indonesia yang mulai menggeliat kembali sejak era reformasi masih perlu diamati terus menerus agar tujuan utamanya berupa terciptanya sebuah "bonum commune" (kesejahteraan umum menjadi kenyataan. Buku Demokrasi dan Senitimetalitas karya F. Budi Hardiman ini adalah salah satu bentuk dari kajian penting tentang demokrasi itu.
- Ahmad Syafii Maarif, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Pendiri Maarif Institute.
Buku ini membantu pembaca yang ingin mendapat penjelasan ringkas tapi mendalam sekitar hubungan politik, agama , kekerasan dan pluralitas.
- J. Haryatmoko, Dosen tetap Universitas Sanata Dharma, pengajar tamu pascaaaaa-sarjana Universitas Indonesia.
Berbagai kondisi ambigu masyarakat Indonesia pasca reformasi dinarikan secara apik dalam buku Demokrasi dan Sentimentalitas karya F. Budi HArdiman
- Musdah Mulia, Ketua Umum Indonesia Conference on Religion for Peaca (ICRP).
No other version available