Text
Bidadari Meniti Pelangi
Bulan memucat membayangi kota, mengepung di pemukiman kali yang kecoklatan, kumuh dan berbau anyir.
"Tidakkah kau ingat, sungai ini pernah meluap, menelan kota dan merobohkan rumah-rumah kita, lantas anak lelakimu pun terhanyut."
"Cuma untuk omong semacam itukah sampean datang kemari?" desaknya menggugat. "Terlampau pedih aku mengalaminya. Tiap kali aku keluyuran malam-malam di sini, aku selalu teringat tengah malam itu air bah meluap, menelan rumah-rumah."
" Bulan Terapung di Kali"
Prasetyo Utomo menulis cerpen-cerpen realis, yang dekat dengan kehidupan keseharian di sekitar kita - seperti diakui oleh S. Prasetyo Utomo, pengarang kumpulan cerpen ini - bukanlah pertaruhan yang mudah. Selain sudah begitu banyak penulis yang menuangkan proses penciptaannya dengan pendekatan semacam ini, pertaruhan besar yang tak kalah berat adalah bagaimana cerita yang dituangkan itu tampil memikat. Sebuah cerpen realis harus bisa menjadi semacam magnet bagi pembaca. Jika tidak, setelah alinea-alinea awal pembaca akan pergi mencari kesibukan lain. Dan, dalam beberapa hal, Prasetyo Utomo berhasil "memenangkan" pertaruhan itu ........
No other version available