Text
Mantra Pejinak Ular
Novel ini semula terbit secara bersambung di Harian Kompas mulai edisi 1 Mei 2000 hingga 8 Juli 2000, berjudul Mantra Pejinak Ular. Guna memenuhi permintaan sejumlah pembaca, juga untuk memperkaya khasanah bacaan buku sastra, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Penerbit Kompas memutuskan menerbitkannya dalam bentuk buku.
Lewat pertumbuhan karakter tokoh Abu Kasan Sapari, pengarang mengeksplorasi realitas politik ketika itu dengan caranya yang khas. Meski terkesan geram menyaksikan dunia yang carut marut, namun Kuntowijoyo tidak sampai hanyut dalam kemarahan. Sebagai saksi sejarah - walau novel ini jelas bukanlah sejarah itu sendiri - Abu Kasan Sapari dihadirkan Kunto sebagai "mata telinga" kita yang kemudian melaporkan setiap "peristiwa" itu dalam jalinan sebab akibat.
Benturan kepentingan yang harus dialami Abu Kasan Sapari, baik sebagai dalang lingkungan sosialnya maupun dalam posisinya sebagai pegawai negeri sipil yang ketika itu identik dengan alat penumpul suara bagi kepentingan mesin politik Orde Baru, secara fisik hanya menimbulkan riak kecil. Pelukisannya pun tidak dalam wujud perseteruan yang gegap gempita, tetapi justru tampil liris. Akan tetapi, dalam konteks lain, cara ungkap yang dipilih Kunto ini justru mengentalkan sosok tokoh Abu Kasan Sapari sebagai "pejuang" keadilan. Tanpa harus turun ke jalan mengusung posterbernada protes atau melakukan tindakan advokasi seperti halnya tokoh LSM yang ketika itu mulai bermunculan.
No other version available