Ada 7 cerpen yang diterbitkan Balai Pustaka dalam buku ini. Cerpen-cerpen tersebut antara lain berjudul Nenek, Jatuhnya seorang Dewa, Pasir Putih Pasir Laut, Hati Seorang Bunda, Menitip Anak-Anak, Rumah di Kaki Bukit, dan Di Kaki Bukit Pangsung.
Ada 17 cerpen Putu Wijaya di dalam buku ini. Perpaduan antara dunia kenyataan dan dunia impian adalah tema besar yang muncul di dalam buku ini. Judul-judul cerpen dalam buku ini antara lain Babi, Dompet, 1981, 1980, Takut, Mimpi, Aktor, Los, Kejetit, Pulang, Bodoh, Hadiah, Moh, Roh, Neraka, Maria, dan Bisma.
Buku ini berisi cerpen-cerpen yang menggambarkan wanita Indonesia.
Buku ini berisi 23 cerpen yang dikumpulkan dan ditulis pada tahun-tahun lima puluhan. Beberapa diantaranya disertai perubahan di sana-sini. Sebagian besar pernah dimuat dalam berbagai media pada tahun-tahun itu, seperti Mimbar Indonesia, Kisah, Roman, Indonesia, Mutiara, dan Kompas.
Di dalam buku ini terdapat 8 esai pemenang lomba esai yang diselenggarakan kedutaan negara Korea dan Indonesia. Buku ini ditulis dalam 2 bahasa yakni bahasa Indonesia dan Korea.
Bibir ini mau bercerita tentang seseorang yang mendesah dari seberang, sebatang lilin yang menyala dalam kabut, dan impian di tengah musim. Juga Berkisah tentang seorang ana yang masih bocah, seekor ayam yang bertelur di atas ensiklopedia, pembuat sangkar yang mencuri bekisar, dan roti ulang tahun yang di dalamnya ada ulat beracun. Seru kan... wuhuuuu
Dalam buku ini terkumpul 70 cerpen yang ditulis oleh AA Navis mulai dari tahun 1955-2002 termasuk di dalamnya adalah 2 cerpen yang tidak diketahui tahun terbitnya. Antologi ini bisa menjadi bahan kajian menarik bagi para peminat sastra Indonesia.
Buku ini berisi 14 cerpen yang berjudul Cakra Punarbhawa, Kembar Buncing, Penggalan Kepala Patung, Puncak Ketujuh, Laut Kelabu, Kutukan, Birgit, Menunggu Hening Malam, Ratih, Kematian Ayah, Jimat Tikus, Penjaga Kamar Mayat, Rumput Liar, dan Anjing dan Dendam.
Buku ini adalah gabungan dari sajak-sajak Chairil yang sebelumnya diterbitkan dalam buku Deru Campur Debu, Kerikil Tajam dan Yang terampas dan Yang Putus, Tiga Menguak Takdir, dan Chairil Anwar Pelopor Angkatan 1945. Selain itu ditambahkan pula surat-surat Chairil kepada H.B. Jassin yang menggambarkan keadaan jiwanya.
Buku ini berisi cerpen-cerpen parabel tentang ketidakbebasan, ketidakpastian, dan kebuasan, yang memberikan pengalaman alternatif. Dengan intensitas tinggi, buku ini merupakan perjalanan ke lankap interior ke dunia trauma dan khayal, mungkin juga hausinasi.