Buku ini berisi puisi-puisi Oka yang ditulis pada tahun 1990-1994 dan 1995-1998. Sajak-sajak ini menyuarakan perempuan bukan karena soal gender tetapi bahasa laki-laki dan perempuan memang berbeda. Dalam sajak Oka Rusmini, warna lokal mencapai perluasan karena dibangun dari akar tradisi yang mencerminkan kedudukan manusia di tengah alam dan budaya tempatan. Dunia esenerik tidak hadir dalam k…
....Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup.Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur bisa tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki-laki, menyusui hidup itu sendiri......
Buku ini menjadi semacam biografi tubuh yang dimulai dari ulat, kepompong, kupu-kupu, anak, hingga rahib dan jejak. Deretan sajak itu tampak seperti sebuah metamorfosis tubuh. Penyair mencoba memendam Bali, mencangkul masa lalu, membenturkan tradisi, meringkus pengalaman hidup, dan dengan tanpa sungkan menggasak tubuhnya sendiri dalam sebuah ars poetica.
Kenanga, seorang perempuan muda Bali yang penuh impian dan ambisi. Ia cerdas, ulet, tapi juga keras hati. Baginya hidup adalah karier. Hubungannya yang begitu dekat dengan guru besarnya, justru membuat orang berpikir dia seorang perempuan yang menghalalkan segala cara untuk karier
Dengan bahasa fasih yang merupakan ciri khas profesinya sebagai jurnalis dan sastrawan. Oka Rusmini menyampaikan tanggapan. Kritik dan sindiran tajam tanpa menyakiti terhadap banyak hal yang ada dan terjadi di sekitar kita. Buku ini menunjukan kualitasnya sebagai penulis esai. - Sapardi Djoko Damono, sastrawan.
I Putu Koplak alias Koplak adalah lelaki koplak yang memandang beragam persoalan hidup dengan cara karikatural. Apa pun yang terjadi bagi koplak adalah lelucon. Koplak adalah seseorang kepada desa di Bali biasanya juga disebut perbekel di Desa Sawut. Ia seorang petani