Buku ini berisi cerpen dan novelet yang ditulis oleh pemimpin kelompok Teater KOMA dan sekaligus dramawan yang produktif menuliskan naskah-naskah drama. Cerpen-cerpen ini pula yang menjadi jendela untuk melihat sosoknya dan biografinya. "Seorang pemimpin redaksi majalah gaya hidup, kini sudah pensiun, tercenung di kamarnya pada suatu malam yang basah. Dia ingin membuka kisah yang terjadi sek…
Buku ini berisi naskah sandiwara Teater Koma yang berjudul Republik Bagong. REPUBLIK BAGONG adalah dongeng dari suatu negeri yang tengah dihajar keprihatinan amat panjang. Tokoh-tokohnya, memang bersumber dari kisah wayang. Tapi sesungguhnya, itulah lakon tentang manusia. Lakon kita.rnrnBagong dikejar-kejar Raja, karena hendak dijadikan tumbal. Sesudah dia dibunuh, kalangan istana percaya, negr…
Alkisah ada satu keluarga yang hidup tenang di sebuah istana. Tapi pada suatu hari, Ario-kelapa keluarga itu- merasa dirinya Kaisar Dasamuka. Maka, ketenangan pun berubah menjadi kegelisahan. Ario duduk di tahta, berprilaku persis Dasamuka, menjalankan roda pemerintahan, dan menyebut anggota keluarga dengan nama-nama wayang. Dasamuka tergolong gemar bikin proyek yang katanya untuk rakyat. Salah…
Lidah api berkobar-kobar, membakar. Seluruh hasil karyaku jadi kertas arang yang menghitam. Jadi sampah. Sastra, kesenian, dan kebudayaan, mungkin hanya sampah di depan kekuasaan politik. Angin meniup sampah-sampah itu, menerbangkannya ke udara. Sebagian abu kertas jatuh di halaman depan Istana Merdeka. Gedung yang dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda itu, dingin dan kukuh. Beku. S…
Buku ini merupakan potret pecah kepribadian Nano. Berbeda dengan dramanya yang kerap menghadirkan batas tipis antara duka dan gembira, marah dan cinta, atau hujatan dan pujian, dalam novel ini, Nano terkesan menyumbat semuanya. Maka yang muncul kemudian adalah kemarahan yang terucapkan, percintaan yang menyimpang, pencarian yang tak selesai, dan serangkaian kegamangan.rnCermin Merah seperti sal…
Buku ini berisi informasi tentang teater, film, seni peran, dan aktivitas Teater Populer yang didirikan oleh Teguh Karya pada tahun 1968 sampai dengan 1993. Teater modern inilah yang kelak melahirkan orang sekelas mas Nano Riantiarno pendiri Teater Koma dan Budi Ros.
Tapi jejak ayah kemudian kami temukan. Hal itu terjadi berkat popularitas Nina Karnina, adikku. Aku berbeda dengan Nina. Aku selalu berusaha menyembukan lakon keluarga, sedang Nina tak punya beban masa lalu. Dia tak pernaha malu mengaku sebagai puteri seorang tahanan politik. Dia tetap yakin, Ayah hanya kena fitnah dan berharap keadilan segera tiba.rn....rnLakon Ayah, harus segera kukisahkan.rn…