Okky Madasari menulis dua novel berlatar 98 karena ingin mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Menurutnya, sebuah karya fiksi mempunyai privilese untuk mempengaruhi pembacanya. Kita bisa melihat masa ((*) itu dari berbagai macam emosi, tidak melulul berupa kesedihan. "Kompetisi menulis ini bukan semata lomba menulis, tapi pada akhirnya menjadi ajang merawat ingatan bersama, ajan…
Pesawat kecil kami mendarat di negeri antah-beranatah. Satu pesawat itu mulai merendah, aku bisa melihat hamparan hijau yang tak terlalu lebat, juga tak benar-benar hijau. Hijau yang kering dan lesu, namun justru terlihat ramah dan tak menakutkan untukku.rnrnPerjalanan ke salah satu wilayah terluar Indonesia mengantarkan Matara, gadis berusia dua belas tahun, pada petualangan menakjubkan yang b…
Apa yang bisa dibanggakan dari pegawai rendahan di pengadilan? Gaji bulanan, baju seragam atau uang pensiunan? Arimbi, juru ketik di pengadilan negeri, menjadi sumber kebanggan bagi orangtua dan orang-orang di desanya. Genereasi dari keluarga petani yang bisa menjadi pegawai negeri. Bekerja memakai seragam, tiap hari, setap bulan mendapat gaji, dan mendapat uang pensiun saat tua nanti. Arimbi …
Sepotong kisah tentang kegagapan manusia di tengah zaman yang berubah cepat, yang tak memberi kesempatan setiap orang untuk diam dan mengenang, berhenti dan kembali ke belakang. Dari satu kerumunan ke kerumunan lainnya, dalam kebisingan dan keasingan, generasi zaman ini berbondong-bondong meninggalkan masa lalu menuju masa depan. Tapi di manakah masa depan itu?
Pemenang Khatulistiwa Literary Award 2012 Prosa. Tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan. Lombok, Januari 2011 Kami hanya ingin pulang. Ke rumah kami sendiri. Rumah yang kami beli dengan uang kami sendiri. rumah yang berhasil kami miliki lagi dengan susah payah, setelah dulu pernah diusir dari kampung-kampung kami. rumah itu masih ada di sana. Sebagian ada yang ha…