Buku yang menggambarkan kisah traumatis para korban akibat terjadinya G30S pada 1965. Penangkapan, penahanan, perburuan, pembunuhan massal, pembuangan paksa, bahkan perlakuan diskriminatif terhadap jutaan keluarga korban 1965 karena dicap “tidak bersih lingkungan”. Juga dikisahkan tokoh yang terlibat langsung atau dituding menjadi dalang G30S serta elite yang diuntungkan oleh peristiwa ini.…
Buku ini membedah peristiwa-peristiwa sejarah yang menjadikannya sebagai bagian dari latihan intelektual untuk membaca kemungkinan arah dinamika sosial. Karya-karya dari sosok yang tetap dianggap guru oleh sebagian besar sejarawan Indonesia meski mungkin mereka sama sekali tak sempat belajar di bawah bimbingannya-membawa berbagai corak dialog. Diawali dialog dengan beberapa peristiwa di masa…
Tujuh tokoh dalam buku ini mengevaluasi masa pemerintahan Gus Dur dari berbagai segi sesuai inklinasi, perhatian dan keahlian mereka, meliputi bidang, politik, ekonomi, pertahanan-keamanan, hukum dan kelautan. Mungkinkah pemerintahan Gus Dur-Mega dapat menjadi tonggak masa depan Indonesia Baru yang terbuka yang menghargai harkat-martabat manusia, transparan, adil, dan sejahtera? Ketika KH. A…
Sejarah adalah soal tokoh, waktu, dan peristiwa. Ibarat dalam sebuah panggung, ketiganya menjadi rangkaian kesatuan dalam sebuah pertunjukan. Penonton menikmati jalan cerita dan mengambil pelajaran. Terkadang ikut terbawa emosi; terharu, menangis, kesal, dan tertawa. Inilah yang dilakukan oleh penulis buku ini; menuliskan tentang siapa, kapan, dan bagaimana dalam sebuah tulisan yang diibaratkan…
Buku ini berisi informasi tentang Syailendra, Agama Hindu, Sang Buddha, Sriwijaya, Airlangga, Jayabaya, Ken Arok, Kertanegara, Gajah Mada, Iskandarsyah, Hang Tuah, Fatahillah, Sultan Agung, Sultan Hasanuddin, Trunojoyo, Untung Surapati, Pangeran Mangkubumi, Pangeran Diponegoro, Taunku Imam Bonjol, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Soeroto lahir 22 September 1912 di Jepara. Sarjana Sejarah Indone…
Buku ini berkisah tentang tahun menyerahnya pimpinan PRRI-Permesta, Tahun Perjuangan Pembebasan Irian barat, Tahun Konfrontasi dengan Malaysia, Tahun Memanasnya suhu politik, dan tahun meletusnya gerakan 30 september. Buku ini direkomendasikan kepada semua penerus bangsa Indonesia yang menanggung beban sejarah prahara politik di tahun 1965. Banyak sudah terbit buku mengenai "Pelurusan Sejara…
Aku telah memilih pergerakan sebagai jalan hidupku, dan aku pun harus siap menerima segala konsekuensinya."rnrnBeri Hatta lima pilihan, rendang, laut buku, sekolah, dan Makkah, maka tanpa ragu dia kan memilih Makkah. Sebuah pilihan yang didasari pengasuh Pak Gaek, sang kakek yang menggantikan peran ayah, semenjak Haata menjadi yatim. Tetapi, sang ibu tak ingin Hatta pergi ke Makkah. Alhasil, na…
“Kita sudah kehilangan harta dan segala-galanya, Geng. Yang tinggal hanya nama baik, itu saja yang perlu dipelihara.”rnPesan sang ayah terus melekat di benak Hoegeng. Ia sepenuhnya sadar bahwa integritasnya terhadap penegakan hukum telah menciptakan banyak musuh. Tapi apakah orang yang hidup lurus, mesti kurus di zaman ini?rnrnKetika pertama kali ditugaskan sebagai Kepala Reskrim di Sumater…
Siapakah Raja Majapahit terakhir? Kapankah Kerajaan Majapahit runtuh? Buku ini menjawab pertangyaan penting itu. Hasan Djafar sebagai salah satu arkeolog terkemuka Indonesia menguak bagaimana keluarga Kerajaan Majapahit terlibat perang perebutan takhta pascakematian Hayam Wuruk dan akhirnya mengalami kemunduran di awal abad ke-16. Termasuk juga peranan daerah pesisir, terutama Kerajaan Islam De…
Burhanudin Mohamad Diah (BM Diah), lahir di Kotaraja (sekarang Banda Aceh), 7 April 1917. BM Diah adalah pendiri dan pemimpin surat kabar Merdeka (surat kabar yang tergolong tua di Indonesia) yang dirintisnya sejak 1 Oktober 1945. Sebagai tokoh pers senior yang disegani dan pernah menjadi sekretaris pribadi tokoh pergerakan nasional, Douwes Dekker, ia mengawali kariernya di bidang jurnalistik s…