Setelah terpilih sebagai ketua umum PB HMI pada tahun 1963, Sulastomo harus langsung berhadapan dengan situasi politik nasional yang panas. Sudah sejak tahun 1962 eksistensi HMI terancam. Bahkan, Bung Karno sendiri nyaris membubarkan HMI karena dianggap kontrarevolusioner dan reaksioner.
Buku ini berkisah tentang tahun menyerahnya pimpinan PRRI-Permesta, Tahun Perjuangan Pembebasan Irian barat, Tahun Konfrontasi dengan Malaysia, Tahun Memanasnya suhu politik, dan tahun meletusnya gerakan 30 september. Buku ini direkomendasikan kepada semua penerus bangsa Indonesia yang menanggung beban sejarah prahara politik di tahun 1965. Banyak sudah terbit buku mengenai "Pelurusan Sejara…
Buku ini adalah kumpulan tulisan Rahman Arge, seorang politikus, jurnalis, juga sekaligus seniman. Tulisan-tulisan dalam buku ini mencatat semua pengalaman Arge di berbagai penjuru dunia juga apa yang dipelajarinya dari tokoh-tokoh besar mulai dari Cut Nyak DIen sampai Nelson Mandela.Buku ini bisa menjadi salah satu sumber data yang menarik mengenai seni jurnalistik, sejarah orde baru, maupun s…
Buku ini bersumber pada sebuah buku berjudul Permainan Curang yang diterbitkan di Jakarta pada 1973 oleh PT. Tjandramerta terjemahan Oejeng Soewargana, dari buku Ladislav Bittmann, The Deception Game, Czechoslovak Intelligent Soviet Political Warfare, Syracuse, N.Y. : Syracuse Research Corporation 1972. Buku ini menyorot hal terakhir (Perang Dingin) dengan cukup meyakinkan untuk sementara in…
Buku ini berisi informasi mengenai makna suksesi, kterbukaan, kultur politik, dan lembaga presiden, sang presiden: soekarno, soeharto, dan presiden masa depan, mekanisme, krisis, dan regenerasi, antara 1993-1998 sebuah penantian.
Peristiwa dini hari tanggal 30 September 1965 dapat dikatakan sebagai “malam jahanam”, yang merupakan pembuka kunci dari peristiwa-peristiwa besar selanjutnya, yaitu pembunuhan di antara sesama anak bangsa. Setelah peristiwa itu terjadi di Jakarta, maka secara serta-merta konflik horizontal di berbagai daerah pun terjadi. Saling bunuh dan penangkapan dengan tuduhan terlibat sebagai anggot…
Presiden Sukarno, sang Proklamator, mungkin sangat mencintai kekuasaan, tetapi bukanlah kekuasaan yang bisa meremukkan keutuhan Negara dan persatuan bangsa. Di saat kemungkinan itu dirasanya mengancam, ia pun menahan kepedihan betapa sistem politik dengan ideologi serba revolusioner yang dipeliharanya jatuh berantakan. Berbagai corak kontradiksi fundamental yang diperkenalkannya telah mengundan…