Kritik sastra feminis yang diuraikan dalam buku ini mencakup berbagai segi, mulai dari perkembangan makna, tujuan, sampai berbagai ragamnya. Pembahasan diakhiri dengan dua contoh sederhana, untuk memudahkan para pembaca menerapkan kritik ini pada suatu karya.
One of great calssics of western literature, les miserables is a magisterial work which is rich in both characrer portrayal and meticulous historical description.
....Perempuan Bali itu, Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup.Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur bisa tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki-laki, menyusui hidup itu sendiri......
Kisah sebuah keluarga yang memilih hidup dengan hanya bermodalkan kejujuran. Keluarga yang amat sangat sederhana. Sebuah keluarga yang pernah mengalami masa kejayaan, dan kini terpuruk dalam hal ekonomi.rnKalau air mata bisa menjadi simbol kebahagiaan, inilah kisah itu........
Novel ini berusaha menyingkirkan berbagai takhyul dan menyemarakkan kembali keagungan kebudayaan Islam serta menyebarkan pengertian demokrasi. Yang menarik adalah bahwa sang penulis menyelesaikan buku ini tanpa mata karena ia telah buta sejak berumur 3 tahun.
Novel ini berkisah tentang perjuangan seorang pemuda untuk terbebas dari kemiskinan. Dalam kisah ini digambarkan seorang anak penjahit miskin yang tumbuh bersama rasa rendah diri, sinis, dan pahit. Bahkan setelah ia berhasi menjadi seorang dokter dan memiliki seorang istri yang kaya raya. Konflik batin pun terjadi pada dirinya.