Dulu, Tan Malaka sangat merisaukan makin menciutnya wilayah Republik dengan berdirinya negara boneka bentukan Belanda. Sementara kaum kapitalis, kolonialis, dan imperialis berhasil mengacaukan perekonomian dan keuangan Republik Indonesia. Karena itu, TAn Malaka tidak mengenal kompromi dengan kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Ia tidak menyetujui perundingan dengan lawan. Ia menganggnap ber…
Kumpulan esei Y.B. Mangunwijaya yang pernah dimuat di berbagai media massa dalam kurun waktu 1972-1987 ini, dan telah diseleksi dengan tema dasar Res Publica dan Nasion Indonesia tercinta, ditujukan terutama untuk generasi muda, selaku simpati dan ekspresi kepercayaan serta harapan kepada mereka. Juga sebagai salam perjuangan kepada rekan-rekan kaum tiga zaman, demi realisasi cita-cita murni pa…
Bagian ketiga dari trilogi Roro Mendut - Genduk Duku - Lusi Lindri ini memantau, dalam bentuk novel sejarah, secermat mungkin data dan fakta historis Sunan Mangkurat I (abad 17), raja kejam Mataram dan zamannya yang penuh peristiwa dramatis.rnrnTokoh novel, gadis Lusi Lindri, anak perempuan Genduk Duku, terpilih oleh ibu Suri menjadi salah seorang dari pasukan pengawal pribadi Susuhunan Mangkur…
Bagian pertama dari trilogi Roro Mendut-Gendhuk Duku-Lusi Lindri yang ditulis oleh Y.B. Mangunwijaya. Roro Mendut, perempuan rayahan yang menolak diperistri oleh Tumenggung Wiroguno demi cintanya kepada Pronocitro. Dibesarkan di dusun Telukcikal, kampung nelayan pantai utara Jawa, Mendut tumbuh menjadi gadis yang trengginas dan tak pernah ragu menyuarakan isi pikirannya.rnrnSosoknya dianggap me…
Jakarta, Maret 1988rnDi sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke suah tempat yang tak dikenal.Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang …
Sewindu sudah reformasi berjalan tertatih-tatih membangun demokrasi, dalam alam Indonesia yang demokratis kaum terpelajar ikut bertanggung-jawab secara moral dan intelektual perihal perbaikan nasib bangsa sekaligus terhadap peradaban. Proses dekadensi moral yang merusak masyarakat dan meracuni jiwa kaum muda sudah mengancam perdaban bangsa pada jantungnya. Gejala-gejalanya sudah tampak jelas…
Buku ini membuktikan bahwa kedekatan dengan penguasa, modal besar atau kuatnya jaringan dagang terbukti tak mampu membendung gerakan anti Cina di Indonesia. Onghokham mampu memberi kita bahan untuk berefleksi dan mengambil inspirasi bahwa kita seharusnya tak berhenti menancapkan pilar perlawanan terhadap sistem kekuasaan yang korup, kemiskinan dan rasialisme.rn-Ester Indahyani Jusuf (Ketua Peng…
Kereta kuda yang dikusiri Sumantri memboyong Dewi Citrawati, calon permaisuri Bosnya, ke Negeri Maespati. Konon, jalan ke Maespati memang suka tak terduga. Di tengah jalan, Sumantri melihat mawar jatuh. Hatinya kasmaran. Siapa yang peduli mawar itu berwarna hitam atau merah, begitu pula jika putih...., kecuali perasaanya tidak bekerja. Dan seperti umumnya orang yang kasmaran, Sumantri buta jala…
Tidak seperti versi buku abad pertengahan lain, buku ini membagi periode Abad Pertengahan antara 500-1400 M. Abad Pertengahan Awal (500-1050), Abad Pertengahan Tinggi (1050-1300 M), dan Abad Pertengahan Akhir (1300-1400 M). Kebanyakan sejarawan menghitung periode akhir Abad Pertengahan sekitar abad ke-16, yang merupakan gerbang Abad Pencerahan (Age of Enlightenment). Abad Pertengahan merupakan …
Kemampuan kita untuk membekali diri kita dengan keperluan-keperluan dalam kehidupan tergantung pada pengalaman kita, dan pengalaman itu adalah sejarah. Jika karena sesuatu hal kita tidak memiliki pengetahuan tentang masa lalu, kita tentu akan seperti sebuah kapal di laut tanpa kemudi atau kompas. Karena apa yang kita lakukan hari ini dan yang akan kita lakukan esok hari adalah berdasarkan apa y…