Text
La Galigo 2 Menurut NAskah NBG 188
Ketika Batara Lattuq telah menjadi dewasa, tiba saatnya untuk mencari permaisuri. Sayangnya tak satu pun orang di negeri Luwuq yang memiliki darah yang sederajat dengannya. Alangkah gusar hati Batara Guru bersama We Nyiliq Timoq memikirkan tentang putranya. Akhirnya We Nyiliq Timoq turun ke Peretiwi untuk meminta pertimbangan orang tuanya di kerajaan bawah laut. Sayangnya apa yang diharapkannya tidak diperoleh, sehingga Batar Guru memutuskan naik ke Boting Langiq untuk meminta Patotoqe mewujudkan keinginan Batara Lattuq. Patotoqe pun menyarankan agar Batara Lattuq berlayar keTompoq Tikkaq untuk menemukan jodoh yang sederajat.
Kisah ini diawali dengan keberangkatan Batara Lattuq melalui pelayaran dan petualangan yang penuh tantangan. Ketika tiba di Tompoq Tikkaq, didapatinya dua anak yatim piatu. We Adi Luwuq dan We Datu Sengngeng bersama inang pengasuhnya, hidup dalam penderitaan di istana yang telah dirampas selurruh isinya. Batara lattuq mengajukan lamaran ke We Datu Sengngeng sesuai pesan Patotoqe, tapi pinangan itu ditolak inang pengasuh karena merasa anak asuhnya tidak pantas diperistri oleh sang raja akibat kemiskinan dan penderitaannya. Batara lattuq, tidak peduli dengan keadaan sang putri, ia memperbaiki istana We Datu Sengngeng yang telah rusak dan kosong.
Sementara bibi jahat dihukum dan seluruh harta yang telah dirampasnya dikembalikan kepada kedua anak yatim piatu itu. Pesta perkawinannya pun berlangsung berhari-hari, dan tak henti-hentinya harta benda diusung naik ke istana dari perahu-perahu Batara Lattuq yang jumlahnya tak terhitung. Sesudah pesta Batara Lattuq berlangsung, saudara We Datu Sengngeng, WE Adiluwuq menikah pula dengan I La Jiriu, sepupu Batara Lattuq yang turn bersamanya dari Boting Langiq.
Tak berapa lama sesudah pesta berlangsung, sang putri pun diboyong kembali ke Tanah Luwuq tempat orang tuanya bertakhta dan berkuasa.
Sepuluh bulan setelah pasangan ini bermukim di Luwuq, pada suatu malam We Datu Sengngeng bermimpi mengarungi laut dna menyaksikan sebuah keranjang emas yang tergantung pada bianglalal, berisi sebuah telur, langsung turun dihadapannya. We Datu Sengngeng lalu duduk di atas keranjang tersebut, telur tersebut pecah, keluarlah dua ekor anak ayam, jantan dan betina. Yang betina naik ke Dunia ATas di sitana Boting Langiq, sedang yang jantan terbang ke berbagai negeri jauh. Keesokan paginya ketika terbangun, WE Datu Sengngeng kaget dan bingung, dan menurut mertuanya, We Nyiliq Timoq,mimpi tersebut merupakan isyarat bahwa ia akan melahirkan dinru laweng,a nak kembar emas, yaitu seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Putranya akan mengunjungi negeri-negeri jauh, sedangkan putrinya akan naik ke Boting Langiq.
Sementara WE Adiluwuq (saudara We Datu Sengngeng) dan I La Jiriu juga dikaruniai anak kembar emas, yaitu Pallawa GAuq dan We Tenrirawe.
No other version available