Text
Antologi Puisi Penyair NTT 2016: Nusa Puisi
Di sisi lain terbersit kesadaran bahwa di tengah perkembangan zaman yang kian gemerlap dan artifisial diperlukan semangat memelihara dan menghidupi nilai -nilai kearifan lokal dalam rangka menjaga keseimabngan jiwa. Puisi-puisi ini seakan lahir dari doa malam yang belum sempat diaminkan. rn- Joko Pinurbo, Penyair.rnrnNusa Puisi menghadirkan getaran sukma, hamparan sabana, dan rihnya gelombang lautan NTT. Satu lagi sumbangan berharga dari penyair-penyair NTT untuk Indonesia.rn- Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. Dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.rnrnPara penyair dalam entologi puisi ini laksana hendak berbagi pengalaman. Maka, pengalaman individual yang mereka sampaikan, tiba-tiba saja, seperti menjadi pengalaman bersama. Ada eksotisme yang entah, tetapi tokh saya merasakan sesuatu menyapa rasa kemanusiaan saya. Itulah hebatnya puisi. Selalu, kata-kata dalam larik-larik pusisi, mewartakan kisah manusia yang galau. Begitulah, antologi ini melengkapi tema yang khas dan kaya warna dalam peta perpuisian Indonesia.rn- Maman S. Mahayana, Pengajar FIB UIrnrnKeasyikan ini membuat saya hilang dalam hamparan alam yang utuh terpandang. Pengalaman, mengalami , jadi sesuatu yang istimewa sekali. Serupa Fafe Nue. Salam.rn- F. Aziz Manna, Penyair Univ. Airlangga, Pemenang Pertama Kusala Sastra Khatulistiwa 2016.
No other version available