Text
Islam Kemodernan dan Keindonesiaan
Tulisan-tulisan ini menjadi menarik karena Cak Nur menggeluti isu keislanan dan keindonesiaan dan kemodernan sebagai respon antisipatif terhadap masa depan umat Islam dan bangsa Indonesia. Cak Nur tidak sedang mencoba mencari penjelasan apologetik tentang muslim di Indonesia. Cak Nur juga tidak sekedar merespon mereplikasi kenangan gemilang di masa lalu. Melalui tulisan-tulisannya, Cak Nur menengok ke masa depan. Ini adalah semangat yang perlu dikembangkan kembali dalam diskursus pemikiraan Islam dan dialog antar peradaban.
Tak sulit disepakati bahwa Nurcholish Madjid adalah seorang pemikir Muslim modernis atau lebih teapat, neomodernis - menggunakan peristilahan yang sering dia sendiri lontarkan. Maka, melanjutkan para perambah modernisme ( klasik ) di masa lampau, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan modernistik. Namun, berbeda dengan para pendahulunya, kesemuanya itu tetap harus didasarkan atas kekayaan khazanah pemikir keislaman tradisional yang telah mapan. Dalam hal lain, sebagai pendukung neomodernisme, dia cenderung meletakkan dasar keislaman dalam konteks nasional - dalam hal ini , keindonesiaan.
Islam, kemodernan dan Keindonesiaan ini - di tengah berbagai pembahasan atas tokoh ini adalah buku pertama yang menampilkan secara lengkap pikiran-pikiran "tangan pertama" Nurcholis Madjid, lewat tulisannya sendiri mengenai soal di atas. Meliputi tentang waktu tak kurang dari dua dasawarsa antologi ini memuat pula pikirannya tentang sekularisasi, plus tinjauan kembalinya atas "heboh intelektual" yang disulutnya itu.
Setiap pembaru di mana pun di muka bumi ini, hampir pasti ditawan, dicaci maki, dan dimusuhi, tetapi ajaibnya diam-diam diikuti. Ini juga berlaku atas Nurcholish Madjid yang telah bekerja keras untuk mengawinkan keislaman dan keindonesiaan.
- Ahmad Syafii Maarif, Ketua PP Muhammadiyah Periode 1998-2005.
No other version available