Text
Aku Mau : Feminisme dan Nasionalisme (Surat-Surat Kartini Kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903)
Kamu tahu motto hidupku? “Aku mau”. Dan dua kata sederhana ini telah membawaku melewati gemunung kesulitan. “Aku tidak mampu” menyerah. “Aku mau!” mendaki gunung itu. Aku tipe orang yang penuh, penuh semangat. Stella, jagailah selalu api itu! jangan biarkan dia padam. Buatlah aku selalu bergelora, biarkan aku bersinar, kumohon. Jangan biarkan aku terlepas.Selamat Membaca :)
Kartini: satu tokoh epik dan tokoh tragik sekaligus. Dalam pelbagai segi ia memenuhi syarat untuk itu: perempuan rupawan, cerdas, perseptif, pemberontak tapi juga anak bupati Jawa, penuh cita-cita pengabdian tapi juga lemah hati, dan sementara itu terpojok, kecewa, terikat , dan akhirnya meninggal dalam umur 24 tahun.
Tak mengherankan bila pemikir feminisme Indonesia awal ini lebih sering dihadirkan dalam bentuk "siapa". Sepengetahuan saya, masih sedikit usaha meletakkan pikiran dan argumenn Kartini - yang kemudian diterbitkan setelah ia meninggal - dalam kaitannya dengan pikiran dan argumen orang cendekia lain di awal abad ke-20, seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Tan Malaka, Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, S. Takdir Alisyahbana, Sutan Syahrir, dan lain-lain, ketika masyarakat Indonesia menghadapi soal modernitas dan identitas, kemajuan dan traadisi, kondisi kolonial dan pembebasan, agama dan semangat Aufklarung.
No other version available