Text
Balada Sungai Musi
Feisal memegangi kertas surat itu sambil menggeleng-geleng. Ketika menunduk, terpandang olehnya kakinya. Lama ditatapnya tungkainya itu. Alangkah aneh dan seramnya.Sejak kapan benda jelek itu menjadi miliknya. Sebagian dari tubuhnya.... Oh seandainya ia punya sekarung emas, ia akan pergi ke luar negeri membuat kaki palsu dan tungkai kayu keparat ini akan dicampakkannya ke dalam laut.rnFeisal menggigil. Diambilnya diktat, lalu lekas-lekas pergi ke bawah pohon jambu. Dia berangin-angin di situ. Kepada angin dibisikkannya nama itu. Kepada angin dibisikannya nama itu. Ketika langit mulai gelap dan bintang-bintang bermunculan di angkasa, lewat mereka ia melamun, mengirim seberkas balasan cinta. Bagi Vivi!
No other version available