Text
Agama Dalam Ruang Publik : hubungan antara agama dan negara dalam masyarakat postsekuler menurut Jurgen Habermas
Pertanyaan tentang kedudukan agama dalam negara pasca-tradisional, yang pernah dianggap sudah terjawab sekularisasi sekarang malah semakin menyebul ke atas lagi. Jurgen Habermas sendiri yang tidak beragama termasuk pemikir pertama yang peka terhadap tren baru ini. HAbermas menegaskan bahwa agama harus berpartisipasi dalam diskursus publik tentang ke mana kita mau bergerak.
Buku Sdr. Gusti Menoh ini merupakan pengantar yang sangat bermanfaat ke dalam arus munculnya kembali agama di tengah masyarakat sekuler. Ia sekaligus menunjuk relevansi pemikiran Habermas bagi kita di Indonesia.
- Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno , Guru Besar Filsafat ETF Driyarkara, Jakarta.
Pembicaraan tentang agama dalam ruang publik pasrilah merupakan diskusi yang menarik dan banyak sisi pandangan yang terlibat di dalamnya. Jurgen Habermas sebagai pemikir yang sangat kritikal terhadap kecenderungan post-modernisme, di usia lanjutnya menekankan perlunya dialog dan koeksistensi damai antara iman dan nalar. Karya ini telah ikut memperkaya dunia pemikiran filosofis dalam bahasa Indonesia.
- Prof, Dr. Ahmad Syafii Maarif, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiuyah dan pendiri Maarif Institute.
Sudah waktunya kita mendapatkan penjelasan mengenai hal ihwal ruang publik dan hubungannya dengan agama di Indonesia pada masa kini. Buku Gusti MEnoh merupakan sebuah sumbangan yang amat berharga, Saya juga sangat tertarik membaca ulasannya mengenai fundamentalisme agama dan fundamentalisme pasar. Yang terakhir itu, sejauh saya tahu, jarang dibicarakan.
- Prof. Gerrit Singgih, Ph.D., Guru Besar Teologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.
No other version available