Text
Seratus Tahun Haji Agus Salim
Buku ini berisi tulisan-tulisan mengenai Haji Agus Salim di mata keluarga dan masyarakat, serta Karangan Agus Salim Sebagai Pemimpin Politik dan Pemikir Agama yang terdapat dalam harian Fadjar Asia, Het Licht, Hindia Baroe, Pembela Islam, Mustika, Pedoman Masjarakat, Pandji Islam, Hikmah, Ceramah di pertemuan The Indonesia-Pakistan Cultural Association, Pidato perpisahan di Washington, dan Surat-surat Haji Agus Salim.
Satu hal yang mengagumkan dari Haji Agus Salim ialah luasnya bacaan yang menjadi santapan rohaninya. la ternyata tidak hanya membaca buku-buku politik dan agama saja, melainkan juga buku-buku sastra dan filsafat. Adalah aneh, seorang tokoh agama seperti dia menyenangi.buku-buku Nietzsche, filsuf Jerman akhir abad 19 yang dianggap ateis itu.
H.B. Jassin, 1979
Aku seorang juris, maka sangat mementingkan adanya bukti.
Orang boleh mengatakan apà saja, tetapi aku melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ia dan keluarganya memang hidup melarat! Dan prestasinya menjalin persetujuan persahabatan dengan Mesir di tahun 1947 sungguh sangat berharga!
Prof. Soenario, S.H.
Sejak Haji Agus Salim meninggal dunia tahun 1954 hingga sekarang belum ada di antara kita yang dapat dikatakan sebagai penggantinya selaku ulama sekaligus sebagai sastrawan, diplomat dan pembela bangsa.
Prof. Dr. H.M. Rasyidi 1979
Peringatan 25 Tahun meninggalnya H.A.S.
Haji Salim ditangkap beberapa menit setelah saya, karena kediaman beliau tepat di sebelah wisma Pemerintah di Jalan Terban Taman 8a (Yogyakarta, ed.) di mana saya mondok. Kapten Tentara Belanda memperlakukan beliau dengan sikap menghormat, maka beliau tidak diwajibkan berdiri di luai kehujanan bersama tawanan Indonesia lainnya. (1948
George McT. Kahin
No other version available