Text
Jatuhnya Gus Dur
Pada aneka zaman dan kondisi apapun, yang namanya bertengkar dan bertikai senantiasa menumbuhkan rasa tidak nyaman, khawatir, bakan ketakutan. Fakta ini sedang berlaku di Indonesia karena terbukti para penyelenggara negara ini asyik bertikai tanpa kenal lelah dan mau ditonton rakyat sendiri maupun bangsa lain. Buku ini mencoba memaparkan rekaman aneka peristiwa politik mutakhir ketika para pemimpin bangsa ini sedang mencoba mengurai dan memperbaiki diri mereka sendiri lewat berbagai solusi. Saking keranjingannya bertikai karena saling mempertahankan argumentasi dengan penafsiran yang berbeda terhadap pelaksanaan UUD 1945, mereka melupakan kebersamaan dan asas kekeluargaan.rnPengantar di atas berasal dari halaman belakang buku Jatuhnya Gusdur. Pengantar di atas menggambarkan bagaimana rakyat yang terbiasa bungkam di zaman Orde Baru kemudian seperti kaget melihat bagaimana negara ini dijalankan oleh orang-orang yang sebelumnya berasal dari berbagai golongan yang intinya sama, berebut jatah melalui sistem politik kepartaian. Keputusan Gus Dur dalam mengeluarkan Dekrit Presiden untuk membubarkan MPR DPR kala itu adalah kebijaksanaan tertinggi karena begitulah seharusnya dilakukan, sebab penggantian presiden tanpa penggantian sistem pemerintahan akan sama hasilnya. Sebagaimana sudah diketahui publik pada tahun 2015 ini kasus-kasus korupsi dikalangan anggota DPR adalah wujud nyata dari sistem politik kepartaian yang ingin dihancurkan Gus Dur pada waktu ia menjabat sebagai Presiden. Namun sayang, dukungan untuk mengeluarkan Dekrit tidak datang secara cukup baik dari para tokoh politik maupun dari TNI sebagai angkatan bersenjata yang setia kepada Presiden. rnBagaimanakah situasi pada saat itu? Mari baca buku ini yang menguraikan sumber konflik, keadaan elit politik, perang pendukung, tawaram sosial, hari-hari panas, serta penutup yang memberikan sumber bacaan dan foto.
No other version available