Text
Rendra, Ia Tak Pernah Pergi
Baginya menulis puisi bagaikan yoga sastra dan bermain drama di yoga drama, itu ruang ibadah. Puisi bukan sebatas di atas kertas, drama bukan sebatas di atas panggung. Ia tak mau dibatasi hanya sekadar bicara embun yang jatuh dari ujung daun dan gemercik air kali, tapi mau mengerti kebijakan kekuasaan terhadap nasib rakyat. Dengan demikian puisinya hendak terus-menerus melisankan langsung kepada khalayaknya, bahkan menyuratkan ambisinya untuk mengembalikan puisi pada fungsi sosialnya yang jelas. rnBuku rangkuman tulisan yang pernah dimuat di harian Kompas dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini mengajak pembaca untuk selalu mengenang Rendra, lelaki yang namanya tertulis dengan tinta emas dalam sejarah teater dan kesusastraan Indonesia. Rendra telah tiada, namun karya-karyanya yang monumental membuatnya seperti tak pernah pergi.
No other version available