SMA KOLESE GONZAGA

  • Home
  • Information
  • Librarian
  • Librarian Login
  • Jurnal
    Perpustakaan Nasional Universitas Indonesia Universitas Gadjah Mada Universitas Katolik Parahyangan
    Tautan
    Perpustakaan Nasional Instagram Perpustakaan Gonzaga
  • Member Area
  • Select Language :
    Arabic Bengali Brazilian Portuguese English Espanol German Indonesian Japanese Malay Persian Russian Thai Turkish Urdu

Search by :

ALL Author Subject ISBN/ISSN Advanced Search

Last search:

{{tmpObj[k].text}}
Image of La Hami
Bookmark Share

Text

La Hami

Rusli, Marah - Personal Name;

Telah dua bulan lamanya, Ompu Keli dan istrinya menunggu dengan cemas keberadaan anak angkatnya La Hami yang telah disuruh pergi olehnya bertandang ke Gunung Donggo. Perjalanannya mengendarai kuda Sumba dengan senjata parang, tombak, panah, jerat, dan tanpa membawa bekal makanan. Perjalanannya dari sini ke Kempo melalui Sanggar, dompo, padende, lalu ke Gunung Soromandi. Di Sanggar, La Hami di sambut senang oleh Ompu Ito bahkan La Hami diberi bekal makanan olehnya. Selain perjalanannya ke Gunung Donggo, La Hami juga melakukan perjalanan ke Bima. Ketika perjalanan ke Bima La Hami mengalami beberapa halangan, La Hami turun dari Gunung Soromandi ke Bima tanpa menunggang Sumba. Ketika menyeberang menuju Bima, ikutlah nelayan yang bernama Kifa dan dia menginap di rumahnya. Di tempat tinggal Kifa kebetulan sedang ada perayaan Maulid Nabi dan upacara perayaan Sirih Puan yang diramaikan dengan permainan Kuraci (berpukul-pukulan badan dengan rotan) dan permainan bersepak kaki. Melihat permainan bersepak kaki La Hami tampaknya pingin mencoba, setelah diladeni jago Wera ternyata roboh oleh La Hami. Datang orang tinggi besar menahannya untuk berlawanan, dengan terpaksa karena La Hami dilecehkan, akhirnya dia menuruti tantangan jago dari Sape tersebut dan akhirnya Sape tersebut kalah. La Hami dipanggil Sultan Bima yakni Sultan Kamarudin. Di depan pramesuri Sultan, putri-putrinya, dan para punggawa untuk diberi pekerjaan. Namun, La Hami mohon untuk pulang kampung Sanggar pamit pada kedua orang tuanya.rn Malam hari Ompu Keli bercerita kepada La Hami tentang asal-usulnya. Diceritakan pada 24 tahun yang lalu, yang menjadi Datuk Rangga di negeri Sumbawa adalah Raja Ajong atau Ompu Keli dan didampingi sang istri Putri Nakia. Saat itu Raja Sumbawa adalah Sultan Badrunsyah. Kepergiannya karena keadaan pemerintahan saat itu tidak stabil. Terjadilah fitnah dari Daeng Matita yang haus jabatan. Ia bekerja sama dengan Ponto Wanike, seorang pimpinan bajak dari pulau Ragi. Pada suatu hari, Ompu Keli pergi memancing ke pantai, di situlah, Dewa mendengar tangisan bayi. Setelah didekati ternyata seorang bayi laki-laki yang berumur sekitar satu bulan. Diletakan di atas sampan beralaskan tikar jontal yang baik anyamannya, berkalung dokoh yang terbuat dari mas, berselimutkan sutera bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Lalu dibawanya pulang dan di beri nama La Hami, Ina Rinda atau Putri Nakia merasakan senang karena selama ini tak berketurunan.rn Terdengar kabar oleh Daeng Matita bahwa Raja Ajong yang menyingkirkan diri dari Sumbawa kini ada di pantai Sanggar dengan mengganti nama Ompu Keli dan akhirnya timbul kembali dendam lamanya yang sudah 24 tahun. Daeng Matita akan segera menyerang Sanggar. Di bagilah tugas mereka dengan Ponto Wanike menyerang pantai Sanggar dan Daeng Matita menyerang dari arah darat yakni di Lembah Jambu. Perang belum dimulai namun rencana serangan pasukan sumba telah tercium oleh pasukan Sanggar sehingga Sanggar telah bersiap-siap. Di kedua belah pihak terdapat pasukan yang mati dan luka-luka, namun jumlah yang celaka lebih banyak di pihak Sumba. Dengan gagah berani, Ponto Wanike bisa dibunuh oleh La Hami. Kemudian pasukan Sanggar menuju lembah Jambu untuk membabantu Raja Ajong dan Lalu Jala, di tengah perjalanan pasukan yang dipimpin Daeng Matita dihadang oleh pasukan Sanggar dan peperangan terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan Sumba terlihat kewalahan karena harapan bantuan dari pasukan lain tidak kunjung datang sementara pasukan Sanggar mendapat bantuan dari Dompo dan Kempo. Semakin paniklah Daeng Matita. Datanglah pasukan La Hami tambahlah kacau pasukan Sumba. Sebagian besar pasukan Sumba terbunuh, Daeng Matita melarikan diri setelah menebas rusuk Raja Ajong. Namun setelah dikejar oleh pasukan Sanggar yang terpencar akhirnya Daeng Matita bisa dilumpuhkan, sedangkan pasukan yang tersisa diampuni dan kembali ke Sumba.rn Sultan Komarudin yang sedang asik bercengkerama dengan permaisuri Cahya Amin dan putrinya Putri Sari Langkas, teringatlah bahwa suatu saat tak ada lagi yang bisa menggantikan baginda karena tak punya anak putra. Anak sulungnya telah diculiknya 24 tahun yang lalu, sedangkan Putri Sari Langkas adalah putri kedua. Akhirnya teringatlah sang permaisuri kepada pemuda yang bernama La Hami karena umur dan perawakannya mirip dengan putra sulungnya bahkan mirip dengan Sultan Komarudin. Khayalannya dengan La Hami akhirnya membuat penasaran yang semakin mendalam. Namun, permaisuri tidaklah yakin karena pemuda itu bernama La Hami yang telah membinasakan Daeng Matita dan Ponto Wanike dari Sumbawa. Cahya Amin lalu membayangkan dan mencari-cari sebab Ompu Keli ternyata Raja Ajong atau Datu Ranga Sumbawa dulu yang menyingkir ke pantai Sanggar 24 tahun lalu. Namun, permaisuri ragu karena Raja Ajong seingat permaisuri tidak punya anak. Akhirnya permaisuri mengutus pengawal untuk mencari tahu tentang La Hami ke Sanggar. Beberapa hari kemudian, utusan itu pulang memberi kabar bahwa yang sebenarnya La Hami adalah anak Ompu keli, Raja Ajong Sanggar yang dulu adalah Datu Ranga Sumbawa. La Hami adalah anak angkat yang ditemukan di pantai Sanggar ketika masih berumur sekitar satu bulan dengan tanda-tanda ada sehelai tilam daun jontal, sehelai selimut buatan Bima, dan dokoh mas yang amat permainya. Mendengar kabar Cahya Amin sangat gembira karena pastilah La Hami itu putranya dan dengan segera beberapa hari kemudian menyuruh utusan untuk menjemput La Hami.rn Kabar yang menyenangkan seisi istana Sanggar ini membuat Raja Sanggar, Sultan Amarullah, Raja Ajong, Lalu Jala, La Hami, dan Putri Nakia datang menghadap Sultan Abdul Azis untuk mengabarkan perihal yang sebenarnya. Sebelum datang rombongan dari Sanggar, terdengarlah kabar kalau Sultan Bima Sultan Kamaruddin akan datang ke Dompo untuk menjemput putranya La Hami. Perjalanan dari Dompo ke Sanggar, Sultan Kamaruddin diiring oleh Raja Ajong, Permaisuri Cahya Amin dan Putri Sari Langkas diiring oleh Putri Nakia, dan La Hami dengan Lalu Jala. Dalam perjalanan menuju Sanggar terlihatlah pula kalau Lalu Jala menyukai adik La Hami yakni Putri Sari Langkas. Pada suatu hari, Sultan Bima menyampaikan maksudnya melamar Putri Nila Kanti untuk La Hami dan Raja Sanggar Sultan Amarullah melamar Putri Sari Langkas kepada Sultan Bima Sultan Kamaruddin untuk Lalu Jala. Pada hari yang telah ditentukan, dilangsungkanlah perkawinan keempat sejolo ini dengan meriah. Beberapa bulan kemudian, La Hami dinobatkan menjadi Sultan Bima dengan gelar Sultan Abdul Hamid dan Lalu Jala dinobatkan menjadi Sultan Sanggar dengan gelar Sultan Abdul Jalal.


Availability
#
Location name is not set Location name is not set
B0007099
Available
#
Location name is not set Location name is not set
B0007100
Available
Detail Information
Series Title
-
Call Number
813 RUS l
Publisher
Jakarta : Balai Pustaka., 1993
Collation
170 hlm.; 21 cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
9794072869
Classification
Fiksi Indonesia
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
Cet. 6, 1993
Subject(s)
sastra
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility
-
Other version/related

No other version available

File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment

SMA KOLESE GONZAGA
  • Information
  • Librarian
  • Member Area

About Us

Gonzaga Senior High School has been founded since 1987 and directed by Jesuits of Indonesia Province.
As a product of Jesuit education, Gonzaga College prioritize Competence, Conscience, Compassion, and Commitment for our students.
We appreciate the individual gifts of each student and challenge them to share those gifts with our school community and the world beyond.

“Ad Maiorem Dei Gloriam” is our motto.
Welcome to Gonzaga College! We encourage our students to be men and women for others as a part of preparing the future leaders.


Telp. (021) 7804986
Email : perpustakaan@gonzaga.sch.id


© 2025 — Senayan Developer Community

Powered by SLiMS
Select the topic you are interested in
  • Computer Science, Information & General Works
  • Philosophy & Psychology
  • Religion
  • Social Sciences
  • Language
  • Pure Science
  • Applied Sciences
  • Art & Recreation
  • Literature
  • History & Geography
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Advanced Search
Where do you want to share?