Text
Cermin Cinta
Lidah api berkobar-kobar, membakar. Seluruh hasil karyaku jadi kertas arang yang menghitam. Jadi sampah. Sastra, kesenian, dan kebudayaan, mungkin hanya sampah di depan kekuasaan politik. Angin meniup sampah-sampah itu, menerbangkannya ke udara. Sebagian abu kertas jatuh di halaman depan Istana Merdeka. Gedung yang dibangun pada zaman pemerintahan kolonial Belanda itu, dingin dan kukuh. Beku. Sejak ratusan tahun lalu, Istana itu tetap begitu, struktur bangunanannya tidak mengalami perubahan yang berarti.rnNovel ini adalah novel ketiga dari trilogi Cermin buah karya Nano Riantiarno.
No other version available