Text
Anak-Anak Abraham : Kebebasan dan Toleransi di Abad Konflik Agama
Dari buku ini kita bisa belajar banyak dan memperdalam pengertian toleransi yang begitu kompleks dan kaya dari para tokoh dunia dan dari sumber keagamaan yang mereka hayati.
Dewasa ini, seperti ditulis Kelly James Clark, penyunting buku ini dalam pengantarnya, banyak orang 'Ateis Baru' (New Atheis) yang mencurigai agama. Mengutip antara lain tiga penulis terkenal, Kelly mengutarakan kecurigaan mereka bahwa agama adalah sumber kejahatan di dunia, merencanakan kehancuran dunia , dan meracuni segalanya. Alasannya , karena agama bersikap fundamentalis, intoleran, melakukan kekerasan. Mereka berpendapat 'toleransi' antar agama saja tidak mencukupi untuk mengatasi problem kekerasan dan intoleransi, karena persoalan utamanya ada pada agama itu sendriri. Menurut pengikut "Ateis Baru' ini, kepercayaan akan adanya keselamatan dan kehidupan sesudah mati itu sendiri mendorong mereka dan menuntut perlunuya sikap keras yang tidak peduli pada yang lain (intoleran).
Menghadapi pernyataan kaun 'Ateis Baru' tersebut, buku ini mencoba menjawab persoalan 'toleransi' yang memang tidak sederhana. Ada tiga hal yang menarik bagi pembaca, khususnya di Indonesia tentang buu ini. Pertama, buu ini disusun dari trialog agama Abraham, kalau bukan satu-satunya sejauh ini, yang pernah diadakan di Indonesia adalah yang diselenggarakan oleh Internasional Scholars Annual Yahudi (ISAT) pada 14-19 Februari 2000 di Jakarta. Tentu saja dengan masuknya agama Yahudi, trialog akan memberikan perspektif baru yang berbeda dari dialog Kristus Islamyang sudah sering dilakukan di tanah air.
Kedua, buku ini ditulis oleh tokoh dunia yang menuliskan refleksi dan pengalaman keagamaan mereka yang mendalam, dengan merujuk tradisi dan Kitab Suci mereka. Dengan kata lain apa yang mereka tulis mengalir dari iman yang hidup. Tanpa meninggalkan dimensi akademik serta kemungkinan adanya perbedaan mendalam, trialog ini justru mencerminkan kejujuran dan ketulusan hati para pembicara, serta keinginan untuk salingm emahami 'dari hati ke hati'. Dalam arti ini trialog agama mengatasi pertimbangan politis, yang sering keras dan intoleran.
Ketiga, dari buku ini, kita bisa belajar banyak dan memperdalam pengertian 'intoleransi' yang begitu kompleks dan kaya dari para tokoh dunia dan dari sumber keagamaan yang mereka hayat. Tiba-tiba kita seperti diingatkan akan adanya'panggilan' bersama dari ketiga agama, yang sebetulnya mewarisi sumber spiritualitas yang sama, tetapi terpisah oleh peristiwa dan kejadian manusiawi.
- Prof. Dr. A. Sudiarja.
No other version available