Text
Balada Si Roy : Joe 1
lni adalah hari pertama bagi Roy sekolah di kota leluhurnya. Dia memang masih merasa risi dan sering mendengar dari mulut ke mulut tentang hal-hal aneh dan ganjil yang terjadi di sini. Orang yang lidahnya dipotong tapi bisa disambung lagi, yang dibacok golok tapi tidak mempan, dan, hiih… yang muntah-muntah mengeluarkan benda tajam! Untuk yang terakhir tadi, itu pekerjaan dukun-dukun aliran hitam yang diupah seseorang untuk mencelakakan orang lain. Teluh, namanya. Sukar untuk dipercaya oleh akal sehat kita. Itu sama ketika Roy kecil pertama kali terheran-heran melihat reog Ponorogo dan tusuk keris pada pertunjukan barong di Bali.rnrnRemaja Roy memang jadi pusat perhatian. Ke sekolah dengan sepeda balap dan anjing herder? Itu absurd. Sebuah objek sensasi. Dia tersenyum-senyum saja. Bukankah senyum itu bahasa dunia?rnrnDia menyimpan sepeda balapnya. Ada empat koboi sombong dan angkuh sedang nangkring dengan Hardtop-nya. Di bodi mobil itu tertulis sembilan huruf besar-besar.rnBorsalino, bisik Roy mengeja huruf-huruf itu. Sorot mata mereka sinis dan tidak bersahabat. Dia mesti hati-hati dengan kelompok itu. Persaingan sudah dimulai saat itu juga. Itulah remaja. Dunia lelaki. Keras dan kadang kala tidak bertanggung jawab. Dia menyadari dan berani menghadapi risikonya. Di mana-mana, kalau dia sudah berhadapan dengan orang-orang semacam mereka, kehadirannya suka menimbulkan perang. Dan dia selalu memandang musuhnya seorang demi seorang sebelum memulai perkelahian. Kebiasaannya, dia tidak akan menyodorkan pipinya dulu, tapi langsung tinjunya! Sebenarnya dia paling senang berkawan dan menolong orang. Tapi itu tergantung bagaimana permulaannya ketika mereka menghargai seseorang. Bukankah kalau kita ingin dihargai, harus juga menghargai dulu orang lain?rnrnLain waktu telinganya mulai mendengar suara-suara kecil, manja, dan genit menggemaskan. Roy tahu itu untuknya. Dia memang keren. Badannya jangkung atletis. Tampan tapi tidak kolokan. Berbeda dengan orang kebanyakan. Alis matanya tebal memayungi mata hitam berkilat ibarat menikam buruannya. Tapi kadang juga teduh seperti telaga di rimba belantara. Dan senyumnya memang memabukkan, nakal, dan khas berandalan.rnSelamat Membaca :)
No other version available