Text
Menabur Benih Reformasi
Pergulatan Tanpa Henti Menabur
Benih Reformasi
Keluar dari penjara, Adnan Buyung Nasution dengan LBH-nya makin gencar melakukan gerakan memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi, sehingga kerap berbenturan dengan penguasa. Di antara gebrakannya yang terkenal yaitu keberanian membela eksistensi penandatangan Petisi 50. Tak mempan dikritik, rezim Soeharto kian kejam menghancurkan lawan-lawan politiknya termasuk Jenderal HR Dharsono. membela Masan Si stani dovtra di Belanda, Khusus pulang ke Jakarta melakukan contempt of court yang berakibat dirinya dicukur gundul pemerintah, dicabut beasiswanya dan dicabut izin prakteknya.
Melalui perjuangan habis-habisan Buyung berhasil menggondol gelar
Doktor di Rijksuniversiteit Utrecht dengan disertasi "Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia" yang diterbitkan menjadi buku. Buyung berkeliling tanan air untuk menyosialisasikan isi buku yang membuat hebon karena mengkaji dan mempermasalahkan segala kebijakan pemerintah Orde Lama maupun Orde Baru tentang konstitusi negara UUD-45 dan berbagai aspek hukum serta politik yang bertentangan dengan hak asasi manusia dan demokrasi. Buku pun dilarang beredar dan Buyung dicekal selama puluhan tahun. Di bawah ancaman penguasa, intimidasi, sampai teror, Buyung terus berjuang menabur benih reformasi. Perjuangan tak kenal lelah yang dilakukan karena mematuhi ajaran Ayahnya, "Kalau kau takut basah jangan
bermain di pantai, pergi saja kau ke gunung."
Tak heran bila Buyung berada di tengah aksi-aksi untuk melengserkan soeharto sedari awal meletusnya gerakan reformasi. Bermuara pada akibat akibat hukum yang harus ditangani dengan seksama, di antaranya menegakkan kebenaran dan keadilan dalam kasus "Trisakti Berdarah" Buyung melaju melakukan reformasi yang mengarah pada terbentuknya negara dan pemerintahan yang konstitusional berlandaskan hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi, dengan terlibat dalam berbagai pembuatan rancangan undang-undang dan memberikan kontribusi pemikiran yang tota! dan menyeluruh dalam mengisi Era Reformasi.
No other version available