Text
Bersaksi di Tengah Badai, dari catatan Wiranto Jenderal Purnawirawan
Mengapa Wiranto tidak berusaha mengambil alih kekuasaan ketika khawatir, sengaja disingkirkan, atau menghindari konflik dan keke-rasan? Bagaimanakah Wiranto menyelesaikan dilema etik dalam dirinya dan dalam hubungannya dengan kekuasaan pada hari-hari terakhir Orde Baru? Apa sajakah langkah-langkahnya dalam menyikapi tuntutan demo-kratisasi dan sikapnya terhadap penculikan aktivis dan demonstrasi mahasiswa?
Bersaksi di Tengah Badai, antara lain, ingin menguak pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagai catatan pribadi dari seorang jenderal yang bersaksi di tengah situasi politik yang kalut, buku ini merefleksikan kan-dungan emosional seorang Wiranto yang kaya kisah, blak-blakan, tapi tidak menyerang orang lain sehingga tetap simpatik dan argumentatif.
Ditulis dengan nada lugas tapi tetap elegan, adakalanya diselingi selera humornya, dan dilengkapi informasi yang kaya dan eksklusif, buku ini memperlihatkan posisi strategis Wiranto—meminjam istilah Prof. Taufik Abdullah—"at the juncture of history" (di persimpangan sejarah), terutama saat-saat menjelang dan setelah berhentinya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. la juga menguak beberapa peristiwa penting pada masa transisi Pemerintahan B.J. Habibie dan K.H. Abdurrahman Wahid yang hingga kini masih dianggap kontroversial.
No other version available