Text
Memoar M. "Saya tidak pernah minta ampun kepada Soeharto"
Saya mulai menghadapi tekanan dan penghinaan yang luar biasa ketika saya mulai melakukan koreksi-koreksi terhadap pemerin-tahan Soeharto, yang kemudian banyak mendasari penulisan me-moar ini. Sehingga buku ini saya beri judul: Memoar M. Jasin, Saya Tidak Pernah Minta Ampun Kepada Soeharto. Koreksi-koreksi tersebut menyangkut truk untuk Pemilu 1971, monopoli cengkeh, soal Tapos Ciomas, Petisi 50, dan kesalahan seorang wartawan Australia (David Jenkins) yang salah tafsir dalam wawancara saya sehingga saya dituduh telah menghina Soeharto.
Mereka berusaha menghancurkan harga diri saya ketika Kejak-saan menyodorkan surat agar saya minta "maaf" dan minta "am-pun" kepada Soeharto, dan kasus saya akan dipetieskan. Pangdam Jakarta, Norman Sasono juga mengancam bahwa saya akan di-ambil tanpa pengadilan kalau saya tidak mau diperiksa dan tanda tangan.
Harga diri dan keimanan saya tergetar. Saya menolak minta
"ampun" kepada Soeharto, karena saya hanya minta "ampun" kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Waktu itu saya mengancam jika saya dibawa ke pengadilan, saya akan bongkar soal Soeharto sam-pai ke akar-akarnya, dan saya minta disumpah "pocong" di masjid.
Selama berlangsung pemeriksaan yang menempatkan saya sebagai terdakwa yang memakan waktu berpanjang-panjang, saya merasa kebenaran seperti sedang ditempatkan sebagai terdakwa dalam
"mimpi buruk" pemerintahan Orde Baru.
No other version available