Text
Topeng Gerabah Bermata Cumbu
Dalam perjalanan waktu, pada kapal kayu yang diabadikan rakyat Athena itu, selalu ada yang rusak dan harus diganti dengan kayu baru. MEngganti kayu kapal yang rusak terus-menerus dari waktu ke waktu pada akhirnya tidak ada lagi kayu asli yang tersisa pada kapal itu.
Seluruhnya sudah tergantikan dengan kayu baru. Kemudian muncul pertanyaan filosofis: apakah itu masih bisa disebut sebagai kapal Theseus, setelah seluruh kayunya yang rusak diganti dengan yang baru?
Kapal Theseus banyak digunakan untuk menjelaskan paradoks identitas setiap kita membawanya kepada batas antara identitas dan sesuatu yang asli. Di balik kerja museum dalam mempertahankan arsip, selalu berhadapan dengan batas usia dari materi dasar arsip itu sendiri. Namun juga muncul argumen lain, bahwa melalui kapal Theseus , rakyat Athena lebih bertujuan "mengabadikan kenangan" tentang kepahlawanan sebagai memori kolektif Athena, dan bukan mengabadikan kapal itu sebagai arsip dengan materi kayu yang bisa rapuh oleh batas usianya sendiri.
Kumpula puisi Hendro Siswanggono ini, "Topeng Gerabah BErmata CUmbu" , juga berada dalam tegangan antara merawat kenangan dalam usia menjelang atua. KEnangan terus memproduksi gemanya, mencari tempat pijakan baru dalam momen-momen tertentu maupun setiap menghadapi perubahan dan memunculkan situasi memorabilia. Kenangan membutuhkan konservasi untuk dirumahkan dan tidak bergerak liar, membutuhkan cara untuk bisa menjalinnya ke masa kini. Dalam sebuah puisinya, HEndri menyebutnya sebagai "Sebuah Surat menyelenggarakan kenangan. Membaca bayang-bayang".
No other version available