Text
Kotak Surat di Rumah Nomer 92A
Jika selintasan kita coba membaca puisi-puisi yang terhimpun dalam buku ini, maka seketika kita (sangat mungkn) akan merasa terjerembab pada situasi yang tampak menghadirkan keanehan dan ketidaklaziman. "Apa makasud?" Sebagian besar cara Hendro Siswanggono membangun paradoks, terkesan kontradiktif, bertentangan dengan logika formal sebagiannya lagi permainan aku lirik yang kadang kala bergonta-ganti sebagai aku lirik yang lain; ada juga kesengajaan melakukan pemenggalan larik yang disebut emja,benen - yang sering kali terkesan menggantung dan tak nyambung. Oleh karena itu, di luar beberapa puisinya yang bermain dengan repetisi dan kecenderungan adanya pengulangan yang berlebih, beberapa puisinya yang lain dalam buku ini seperti tegak sendirian, berbeda dan unik, dan bolehlah dianggap tidak lazim!
Ya. Tetapi, jangan kita berhenti sampai di sini, sebab boleh jadi kesan yang muncul adalah penyair asyik-masyuk sendiri dengan dunianya. Jika itu kesimpulannya, selesailah tugas kita, sebab puisi-puisi Siswanggono memang bukan untuk konsumsi publik, melainkan sekadar hendak menumpahkan kegalauannya sendiri. Peduli hantu pembaca memahami atau tidak, sebab bukan itu tujuannya. Dan puisi-puisi itu pun akan terpencil, mengelepar, tanpa ada pihak lain yang meraihnya, tanpa ada orang melacak duduk perkaranya dan coba memahami pesan-pesannya yang tersembunyi.
No other version available