Text
Perang Padri di Sumatra Barat (1803-1838)
Politik identitas bukan perkara baru bagi bangsa ini. Di Mingangkabau masa silam, terjadi perseteruan antara kaum adat pemeluk teguh tradisi matriarkat dan kaum padri yang berkehendak menegakkan ajaran Islam yang murni. Kita mengenal peristiwa itu sebagai Perang Padri, ang berlangsung pada 1803-1838. di tengah perang, kolonialisme hadir memanfaatkan perpecahan dua saudara itu. Namun, perang bukan semata tentang pemenang mengalahkan pecundang. Kolonialisme memantik kesadaran berbangsa kaun adat dan kaum padri. Perang Padri memang berujung kemengangan Belanda, tetapi juga menciptakan perubahan besar dalam struktur masyarakat Minangkabau.rnrnBuku Muhamad Radjab, Perang Padri di Sumatera Barat (1803-1838), adalah telaah awal terhadap Perang Padri. Berbekal literatur yang memadai dan keterampilan jurnalistiknya, Radjab mengisahkan Perang Padri secara runtut dan mengalir sejak awal mula, titik balik , hingga keadaan Minangkabau pascaperang. Melalui buku ini, Radjab mengajak kita menelusuri kampung-kampung, medan perang, hingga ruang-ruang perundingan selama peristiwa itu berlangsung. Buku ini kemudian mengilhami kajian-kajian mutakkhir tentang Perang Padri dan dinamika masyarakat Mingangkabau dari masa ke masa.rnrnMuhamad Radjab adalah wartawan dan penulis kelahiran Sumpur, Padang Panjang, Sumatra Barat pada 21 Juni 1913. Ia lulusan Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan Universitas Indonesia, Jurusan Publistik, kemudian sempat menjadi dosen luar biasa di sana. Kiprah jurnalistiknya dilakoni di kantor berita Antara. Ia meningga pada 16 Agustus 1970, saat sedang pulang kampung untuk mengikuti Seminar Sejarah dan Budaya Minangkabau di Batusangkar. rnrnIa menulis beberapa buku yakni Catatan di Sumatra (1949), Dongengan Sumatra Selatan (1950), Semasa Kecil di Kampung (1950), dan Perang Paderi di Sumatra BArat (1803-1838). Selain menulis, ia juga menerjemahkan buku Margono Djojohadikusumo, Kenang-Kenangan dari Tiga Zaman: Satu Kisah Kekeeluargaan Tertulis (1969) dari bahas aBaelanda, serta dua buku Fyodor Dosteyeveski, Si Lembut HAti (1948) dan Rumah Mati di Siberia ( 1949).
No other version available