Text
Lelaki yang Membunuh Kenangan
“Orang selalu mengatakan bahwa cinta itu buta. Namun, sebenarnya cinta itu penipu yang cerdik. Sesering apa kita mendekati orang yang kita cintai, sesering itu pula dia menjauhi kita.rnrnSejak demonstrasi mahasiswa yang dipimpinnya berakhir rusuh, Basri terpaksa lari dari kejaran pemerintah dan menjalani hidup seperti orang buangan selama berpuluh tahun. Kini seorang gadis belia datang dan memaksanya pulang. Basri gamang. Siapkah dia kembali ke negara yang pernah memburunya? Masih adakah alasan baginya untuk membuka lagi masa lalunya?rnrnFaisal Tehrani adalah penulis Malaysia yang banyak melahirkan karya sastra penuh perlawanan terhadap kemapanan. Beberapa bukunya bahkan dilarang beredar di Malaysia. Lelaki yang Membunuh Kenangan merupakan karya yang mengawali perjalanan Feisal Tehrani mewarnai kancah literasi Melayu. Siapa pun yang berani mencintai patut membaca novel ini.rnrnSeorang pemuda terpaksa meninggalkan negerinya, karena diburu pengasa. dua puluh tahun kemudian dia kembali untuk mendengar sebuah rahasia dibuka. Novel ini berlatarkan situasi politik dan gerakan mahasiswa di Malaylsia pada 1970-an, yang semarak dengan aksi protes terhadap penggusuran tanah warga, Perang Vietnam dan penjajahan Palestina. Penerjemahan novel ini ke dalam bahasa Indonesia menjadi sangat penting karena membuat para pembaca kita dapat menye=imak karya sastra Malaysia kontemporer yang ditulis salah seorang sastrawan terbaiknya."rn- Linda Christanty, sastrawan dan wartawan. rnrn"Saya mengenal Faisal sebagai penulis kritis Malaysia dengan karya yang selalu menantang dominasi kuasa, baik itu kekuasaan politik maupun agama. Dia antara banyak karya Feisal, termasuk karya kontroversial yang bertahun-tahun diberangus otoritas Malaysia, novel ini bisa menjadi pintu gerbang terbaik bagi publik Indonesia untuk mengenalnya. Membaca novel ini kita akan langsung merasa akrab, deja vu, sambil terus bertanya-tanya: Ini kisah tentang mahasiswa Malaysia tahun'70-an atau cerita tentang eksil Indonesia dalam lingkaran huru-hara 1965? Hingga akhirnya kita akan larut dalam semesta cerita yanpa melihat lagi segala sekat dan identitas bangsa dan negara."rn- Okky Madasari, sastrawan."
No other version available