Text
Shakai Kaizo 100 Tahun Reformasi Jepang 1919 - 2019: Dari Demokrasi ke Reformasi
Tahun 1918, di Jepang terjadi kerusuhan nasional, penjarahan toko beras dan penyerangan kantor polisi. Kerusuhan itu dipicu inflasi dan kesenjangan sosial yang makin parah sehingga masyarakat merasa frustasi. Meluasnya paham demokrasi dan kesadaran hak hidup juga menjadi pemicu kerusuhan massal tersebut.rnrnPemerintah pun sadar bahwa paham demokrasi saja tidak cukup. Pemerintah perlu segera merumuskan dan menjalankan kebijakan reformasi sosial demi kesejahteraan rakyat banyak. rnrnPemahaman tersebut muncul dalam slogan 'dari demolrasi ke reformasi'. Mulai 1919, pemerintah, pengusaha dan akademisi bekerja sama merumuskan kebijakan sosial, berupa pendidikan luar sekolah untuk meningkatkan kompetensi kerja rakyat, dan kebijakan rekreasi agar rakyat punya kesempatan refreshing, sebelum kembali bekerja dengan penuh semangat. rnrnTahun ini tepat 100 tahun dimulainya reformasi Jepang (1919-2019). Semoga pengalaman dan keberhasilan Jepang tersebut dapat menjadi masukan bagi kita di Indonesia. rnrnSusy Ong, lahir di Bandung pada tahun 1966. Pernah kuluah di Fakultas sastra (sekarang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia. Menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas BAhasa Asing, Tokyo University of Foreign Studies. Pendidikan S2 dan S3 ditempuh di Hitotsubashi University (tokyo), dengan spesialisasi sejarah reformasi sosial di Jepang. Pernah bekerja sebagai produser program berita di Metro TV. Sekarang mengajar sejarah dan masyarakat Jepang di program Studi Kajian Jepan. Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia.
No other version available