Text
Ayah Anak Beda Warna : Anak Toraja Kota Menggugat
Semua kisah berawal dari berita sakitnya ayah Tino Saroengallo, Renda Saroengallo yang pada tahun 2003 berusia 81 tahun. Ne’Renda, begitulah panggilan akrab sang ayah, sepanjang tahun 2003 tiba-tiba saja kerap memanggil Tino ditengah kesibukannya untuk sekadar bertemu. Barangkali sudah firasat akan berpulang, Ne’Renda selalu menyisipkan kisah pemakaman adat Toraja dalam pembicaraan dengan Tino, si ‘Anak Toraja Kota’ ini. Identitas Tino Saroengallo, si ‘Anak Toraja Kota’ ini memang unik. Ne’Renda, ayahnya merupakan keturunan pewaris dan penuluan dari Tongkonan Kesu, tokoh adat yang sangat dihormati masyarakat. Ne’Renda pada masa mudanya mendapat beasiswa pendidikan Malinobeurs untuk studi ke Universitas Leiden, Belanda, di jurusan hukum pada tahun 1948-1952. Saat masa studi di Belanda, Ne’Renda bertemu dengan seorang gadis cantik asli Belanda yang kelak dinikahinya dan menjadi ibu dari Tino, LWJ Langendoen. Selepas lulus studi, Ne’Renda pulang ke Indonesia bersama Langendoen dan menetap di Jakarta untuk bekerja. Selamat Membaca :)rnrnFakta hangat dan data empiris yang menjadi bangunan utama buku ini disajikan secara telanjang dan enak dibaca: ternyata Tino Saroengallo, penulis sekaligus tokoh utama kisah ini, memiliki kemampuan bertutur yang memikat, kaya, dan nakal dalam bersastra. Konflik mendasar antara nilai serta praksis adat yang cenderung membeku namun telah terdistorsi di tangan penerusnya secara bertubi dihujani pikiran-pikiran urbanimetropolis yang kritis, dapat berujung mengesan, berakhir justru yang muda serta liar mampu menyerap tradisi yang tua. rn- Edi Haryono, Dramawan Penulis
No other version available