Text
Bogor Zaman Jepang 1942 - 1945
Mulanya buku ini adalah sebuah skripsi yang ditulis pada 1979. Sudah sekitar 30-an tahun. Studi sejarah zaman Jepang saat itu, dapat dikatakan masih belum begitu berkembang. Bahkan dapat dikatakan terlalu awal. Beberapa mahasiswa jurusan sejarah UI saat itu mulai mencoba hal baru. Yakni dengan mengambil kajian tentang salah satu Shū di Jawa pada zaman Jepang, seperti Yogyakarta, Cirebon, dan Priangan. Penelitian sejarah zaman Jepang memang sudah ada sebelum sebelum tulisan ini dibuat (1979). Tetapi, umumnya berorientasi pada politik makro, khususnya berfokus pada masalah pencapaian kemerdekaan. Menariknya, saat itu sejarah lokal dan masalah sosial mulai diminati dan digali secara mendalam. Sebab itu, karya-karya mereka, tak terkecuali karya ini, layak disebut sebagai perintis sejarah daerah dan nasional.
Untuk menilai karya sejarah yang ditulis puluhan tahun lalu kita harus melihatnya dalam perkembangan kajian pada saat itu, tanpa mengevaluasi dengan standar terkini. Penelitian sejarah zaman Jepang memang sudah ada sebelum skripsi ini (1979), tetapi umumnya berorientasi pada politik makro atau nasional, khususnya berfokus pada masalah kemerdekaan. Namun, para mahasiswa UI saat itu justru mulai menggali sejarah lokal dan memperhatikan masalah sisial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, mereka lauyak disebut sebagai perintis sejarah daerah dan sejarah mikro. Inilah yang mendorong perkembangan penlitian selanjutnya.
Sumber primer penelitian Prof. Dr. Susanto Zuhdi saat itu adalah media cetak, seperti surat kabar dan majalah yang diterbitkan di zaman Jepang. Secara khususnya dia membaca surat kabar lokal di Jawa BArat, Tjahaja, dengan teliti. Dia mengambil artikel-artikel yang berkaitan dengan Bogor Shu. Ternyata berita mengenai Bogor Shu cukup banyak dan memberi banyak informasi tentang hal-hal kecil yang terjadi di dalam masyarakat kelas bawah. Ini sebabnya, Prof. Susanto berhasil melukiskan sejarah daerah Bogor secara detail dan mendalam.
Pada saat itu semua media diawasi langsung oleh Jepang. Bahkan hanya sensor ketat, tetapi perusahaan surat kabar sendiri di bawah pengawasan Jawa Shinbunkai yang dikuasai oleh Jepang. Karena itu, pemberitaan surat kabar zaman ini memang sangat terbatas dan kebenaran faktanya sangat diragukan. Saya tidak yakin sampai taraf apa keakurataan fakta yang diberitakan. Meskipun pemberitaannya tidak bisa disebut bohong atau "fake", setidaknya dapat dikatakan bahwa semua yang diberitakan mencerminkan keinginan dan kepentingan pihak Jepang. Hal-hal negatif bagi Jepang tidak diberitakan. Hanya berita positif saja yang dituliskan. Dengan adanya sensor tersebut , Jepang mampu menciptakan asumsi yang bergeser dari kebenarannya.
No other version available