Buku ini berkisah tentang perjalanan seorang anak yang kabur, pergi ke Cianjur, Kasih sayang ibu dan bapak, anak durhaka, penyesalan dan berakhir dengan penutup. Buku ini dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang menarik dan membantu utnuk membayangkan kisah tersebut.
Buku ini berkisah tentang masalah pembauran yang menjadi acuan atau sarana untuk membantu pemerintah dalam usaha mewujudkan pembauran antar suku di dalam masyarakat Indonesia.
Sunan Kalijaga dari Kadilangu menjenguk Empu Supa, adik iparnya yang tinggal di Sedayu untuk mengambil keris Kiayi Sengkelat yang dititipkan kepadanya. Tetapi keris tersebut ternyata telah hilang dari tempatnya. Hal ini membuat Empu Supa bingung. Ke mana ia hrus mencarinya? Dan siapakah yang telah mencurinya? Buku ini menguraikan keajaiban dan keanehan yang dapat terjadi di luar kemampuan manus…
Buku ini berkisah tentang Ani seorang gadis Maluku dan lika-liku hidupnya. Dalam usia yang masih muda, An telah dihadapkan pada berbagai masalah. Ayahnya tidak menghiraukannya, karena waktunya habis tersita oleh minuman keras. Ibunya menjadi korban kebengisan dan sasaran pukulan hingga akhirnya meninggal dunia.rnSepeninggal ibunya, Ani tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan dewasa dalam b…
Menjadi pacar gelap seorang menter memang enak. Setidaknya semua impian bisa mudah diraih. Rumah bagus, jabatan, kekuasaan, dan kehidupan jetset. Namun, di balik itu semua, Laras memiliki alasan pribadi mengapa ia mau melakoni hidup seperti itu. Ia percaya bahwa hanya dengan memiliki kekuasaanlah dia bisa melancarkan rencana-rencana pribadinya itu.rnAkan tetapi, hidup memang berliku dan penuh k…
Tokoh Utama novel ini berangkat naik bus menuju Jakarta untuk mencari seseorang. Di tengah perjalanan disadarinya bahwa dompet dan buku catatannya ketinggalan. Tetntu saja ia sama sekali tidak mempunyai pegangan, siapa yang akan ditemuinya di Jakarta. Ia sudah biasa menyimpan kenangannya dalam buku catatan sehingga sama sekali tidak berhasil mengingat-ingat nama orang yang dicarinya itu, disamp…
Roman ini menyatakan bahwa kekejaman dalam diri manusia itu tak terkalahkan. Pada pembaca timbul pertanyaan apakah segala tindakan kita yang kelihatannya baik itu, sesungguhnya didasari oleh sesuatu yang keji yang selalu menguasai perbuatan kita?
Novel ini merupakan roman potret kejiwaan seseorang Indonesia yanghidup dalam suatu zaman saat norma-norma tidak ada lagi dan saat perkataan dan perbuatan seseorang tak dapat dijadikan ukuran moralnya. Naskah buku ini mendapat hadiah pertama dalam sayembara mengarang roman yang diselenggarakan oleh panitia tahun buku internasional 1972 DKI Jakarta.
Pengebirian terhadap pers bukanlah dongengan. Kalau pers tidak efektif lagi, lantas mau apa? Hal itu membuat saya berpikir naif: ya, sebaiknya tugas pers diambil-alih oleh sastra...