Evangelisaai hanya dapat dilakukan dalam kemerdekaan. Kemerdekaan akan tampak dalam kemiskinan. Kemiskinan adalah benteng hidup religius. Oleh karena itu, pada masa kini kredibilitas hidup religius tetap tergantung pada mutu penghayatan hidup religius karena dalam kemiskinan itu akan tampak nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kaum religius.
Situasi masyarakat dan budaya kita sekarang ini sedang mengalami proses transisi dari feodal menuju ke demokrasi dan pembebasan. Namun, proses ini masih jauh dari selesei, kesederajatan sosial, dan solidaritas antarsuku, agama, dan warga juga semakin besar.
Buku ini dibagi menjadi 3 bagian yakni pertama mengenai umat beragama-penganut kepercayaan di Indonesia, kedua adalah dialog umat kristiani dengan umat-umat tersebut, dan ketiga adalah spiritualitas dialogal dan reksa pastoral umat Kristiani dalam dialog iman.
Buku ini dimaksudkan untuk membantu para pemandu lingkungan untuk mengembangkan diri dalam menjalankan tugasnya, mengenal peran dan tugasnya, menempatkan diri dalam perwujudan Gereja sebagai communio, mengenal dan mempraktikkan teknik dan metodologi memandu sampai akhirnya pemandu diharapkan memiliki arah atau buah-buah yang diharapkan terjadi dari proses dinamika sarasehan itu.
Makin jelas gagasan dan perencanaan, didukung dengan kerjasama dengan pihak-pihak lain yang berkaitan, akan makin teguh dan mantaplah kegiatan Seksi Pewartaan Paroki. Demikianlah seluruh perkembangan dan kedalaman hidup jemaat beriman juga akan makin bermakna.
Anak zaman ini terbiasa menjadikan apa yang mereka miliki lebih personal. Komputer, cell-phone, ipod dimodifikasi tampilan dan isinya sehingga lebih mencerminkan kepribadian mereka, Jutaan orang muda tidak hanya mengakses web, tetapi mereka juga menciptakan isi. Cell-phone adalah perpanjangan hidupku, cermin siapakah diriku. Seperti tas cantik, ia mengungkapkan kepribadianku.....Pertanyaannya, …
Buku ini mencoba mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada Gereja Katolik Indonesia hingga tahun 2012. Proses diawali dengan merumuskan kekuatan-kekuatan penggerak dan penentu arah situasi di masa depan seperti hubungan antara umat beragama, kondisi negara dan orientasi pendidikan Imam, Sikap Gereja terhadap sistem Pendidikan Nasional dan kondisi komunitas Basis.
Buku ini adalah catatan atas pengalaman KARINAKAS (Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang) sebagai sebuah LSM dalam penanggulangan bencana alam letusan gunung merapi di Jogjakarta pada tahun 2010. Di dalamnya ada terdapat laporan keuangan, kegiatan, kisah-kisah, dan foto-foto yang berhasil dilaksanakan oleh KARINAKAS.
Buku ini memuat hampir semua aspek imamat dan perkawinan yang sarat dengan pendasaran pada dokumen dan hukum Gereja.rnBuku ini juga memberikan informasi sekaligus menantang sikap formatif.
Buku ini menawarkan sejumlah elemen pokok berupa langkah-langkah penting yang dapat menumbuhkan partisipasi umat di lingkungan. Diharapkan setiap elemen saling berhubungan dan menunjang satu sama lain secara timbal-balik.