Buku kumpulan doa
Dalam Buku ini terdapat 12 feature mengenai perziarahan, tempat suci, maupun devosi kepada Santa Perawan Maria. Dengan membaca buku ini, teman-teman merasa seperti diajak jalan-jalan dan melihat perjalanan ziarah Romo Sindhu.
Buku macapatan Injil ini dapat digunakan dimana saja, dalam pembelajaran kitab suci, ibadat lingkungan, acara pernikahan, kelahiran, doa arwah dan lain sebagainya.
Buku ini berisi 35 kisah nyata yang akan membantu teman-teman mengenali seluk-beluk bidan dan perawat. Melalui kisah-kisah tersebut kita bisa mengenal semangat dan jiwa yang menghidupinya serta menjadi sumber inspirasi dalam menghayati iman di tengah-tengah tugas dan kesibukan sehari-hari.
Buku ini berisi 28 kisah yang memberikan kesaksian betapa bahagianya memberikan diri dan mencitai sesama, kendati kelemahan, kekurangan, dan kemiskinan menghimpit. Melalui semua itu kepenuhan hidup akhirnya adalah cinta dan pemberian diri bagi sesama yang membutuhkan.
Buku ini menyajikan kisah-kisah dan pergulatan hidup Kristiani sumbangan dari para pewarta di empat kevikepan Semarang, Kedu, DIY, dan Surakarta yang melibatkan 200 pewarta. Kisah-kisah ini dapat memberi inspirasi, meneguhkan, dan memperdalam.
Buku ini adalah kumpulan tulisan yang hampir semua pernah dimuat di majalah Basis. Artikel-artikel tersebut memuat analisis atau pelbagai kejadian dalam masyarakat selama masa menjelang reformasi, masa reformasi, sampai dengan pemilihan presiden 1999. Tentu semula artikel-artikel tersebut tidak berhubungan satu sama lain. Namun ketika dikumpulkan ternyata ada benang merah yang dapat dihubungkan…
Buku ini mensharingkan kisah dan pengalaman romo Sindhu dalam melaksanakan devosi kepada Bunda Maria. Puisi dan permenungan dalam buku ini akan memperkaya kerohanian dan rasa bakti teman-teman kepada Bunda Maria.
Awalnya hanyalah mengenai lukisan celeng, tapi kemudian buku ini bercerita tentang politik, mental, tingkah laku, kemunafikan, kekejaman, kejahatan, dndam, nafsu, naluri, dan nasib manusia yang laksana celeng. Buku ini bagaikan mengulang kata-kata filsuf Friedrich Nietzche : binatang buas itu belum mati, dalam peradaban modern ini binatang buas itu masih hidup, makin hidup, malahan ia diilahikan.